Jakarta, CNN Indonesia -- Komisaris Jenderal Tito Karnavian akhirnya resmi dilantik menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia menggantikan Jenderal Badrodin Haiti. Yang menarik, pelantikan Tito juga dihadiri Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Tito dilantik oleh Presiden Indonesia Joko Widodo dan akan memulai perjalanan karier sebagai Kapolri per hari ini. Proses pelantikan Tito dilakukan di Istana Negara sekitar pukul 14.00 WIB.
Acara itu dihadiri juga oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla serta pejabat lembaga tinggi negara, pejabat kementerian, dan pejabat lembaga setingkat menteri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di antaranya yang hadir adalah Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, tiga pimpinan KPK: Agus Rahardjo, Basaria Pandjaitan, dan Saut Situmorang, Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan, Mendagri Tjahjo Kumolo, hingga Kepala BIN Sutiyoso.
Pelantikan Tito juga dihadiri Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto.
Sorotan khusus diarahkan kepada Megawati. Pasalnya, sebelum penunjukan calon Kapolri, Ketua Umum PDI Perjuangan itu disebut lebih mendukung Wakil Kepala Polri Komjen Budi Gunawan yang memang memiliki kedekatan dengan dirinya.
Hal itu membuat Komjen Budi Gunawan lebih difavoritkan ketimbang Tito. Budi digadang bakal menggantikan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
Di luar dugaan, Presiden Jokowi memilih Tito sebagai calon tunggal Kapolri pengganti Badrodin Haiti. Atas pemilihan Tito sebagai calon tunggal Kapolri, hubungan Presiden Jokowi dengan Megawati sontak diisukan merenggang.
Tetapi, tadi siang, desas-desus seputar hubungan Mega dan Jokowi akhirnya terjawab. Kehadiran Megawati seolah memberi kesan kesetujuan dirinya terhadap calon tunggal yang dipilih Jokowi. Atau, dengan kata lain, Megawati merestui Tito sebagai Kapolri.
Keputusan pengangkatan Tito sebagai Kapolri tertera dalam Keputusan Presiden No. 48 tahun 2016 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kapolri.
Presiden Joko Widodo dalam amanatnya mengatakan bahwa Tito harus bisa menjaga soliditas dari seluruh jajaran kepolisian. Karena menurut Jokowi, itulah salah satu kunci dari reformasi Polri ke depan.
Selain itu presiden berpesan agar Tito bisa bertanggungjawab memelihara keamanan masyarakat. Penegakan hukum juga harus berjalan secara profesional.
"Di depan akan ada tantangan tugas yang lebih kompleks. Saya yakin Polri (di bawah pimpinan Tito) akan mampu menjadi instansi yang dipercaya oleh rakyat," kata Jokowi.
Dengan pelantikan hari ini, pangkat Tito otomatis naik dari Komisaris Jenderal menjadi Jenderal. Jumlah bintang di bahu Tito pun akan bertambah dari sebelumnya tiga menjadi empat bintang.
Sementara untuk Badrodin Haiti, dirinya belum dinyatakan purnatugas karena masa pensiunnya baru berakhir pada 31 Juli 2016 mendatang, atau tepat saat dirinya berusia 58 tahun.
Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, masa aktif seorang anggota kepolisian dibatasi hingga usia 58 tahun. Jika sudah menyentuh angka tersebut maka anggota yang bersangkutan akan purna tugas.
Sebelumnya sempat beredar isu bahwa masa aktif Badrodin sebagai anggota kepolisian akan ditambah agar dirinya bisa tetap menjabat sebagai Kapolri setidaknya sampai satu tahun ke depan. Namun Jokowi lebih memilih mencalonkan Tito untuk mengganti posisi Badrodin.
Di internal Polri, pemilihan Tito memang cukup mengejutkan. Pemilihannya sempat memantik perdebatan hangat karena Tito "terpaksa" melangkahi perwira tinggi lain atau lima angkatan akademi kepolisian (akpol) di atasnya.
Dengan status sebagai Akpol '87, Tito melangkahi Komjen Budi Gunawan (Akpol '83), Komjen Dwi Priyatno (Akpol '82), Komjen Budi Waseso (Akpol '84), Komjen Putut Eko Bayuseno (Akpol '84), Komjen Syafruddin (Akpol '85), Komjen Suhardi Alius (Akpol '85), dan Komjen Ari Dono Sukmanto (Akpol '85).
Tito sendiri terdaftar di Akpol angkatan 1987 dan masih memiliki waktu minimal lima tahun sampai dirinya pensiun.
(wis/wis)