Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak rumah sakit dan bidan yang menerima vaksin palsu diminta melakukan penelusuran jenis vaksin palsu yang didistribusikan berikut para penerima vaksin tersebut. Langkah ini diperlukan sebelum memberikan imunisasi ulang.
“Proses ini memang tidak mudah, tapi diperlukan. Karena jenis imunisasi ulang yang diperlukan sifatnya individual,” kata Sekretaris Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Soedjatmiko dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (15/7).
Menurut Soedjatmiko, pihak rumah sakit juga perlu memastikan periode waktu menerima vaksin palsu dari para distributor.
“Perlu ada pernyataan resmi rumah sakit dan apa saja jenis vaksin palsu dan periode kapan saja,” kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping penelusuran dari rumah sakit, para orang tua juga perlu aktif mengecek data imunisasi anak. Setelah keluarga pasien memastikan menerima imunisasi dari rumah sakit atau bidan yang menerima vaksin palsu, selanjutnya mengecek jenis vaksin dan periode waktu si anak menerima vaksin.
“Apabila memang menerima vaksin palsu, segera melakukan imunisasi ulang,” kata Soedjatmiko. Orang tua akan mudah mengecek apabila memiliki buku imunisasi yang menyertakan label vaksin.
Hingga kini, kementerian kesehatan dan kepolisian belum menyelesaikan penyelidikan mengenai jenis vaksin palsu yang beredar. Kementerian kesehatan dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX di gedung DPR RI pada Kamis (14/7) menyebutkan ada 14 rumah sakit yang menerima vaksin palsu dan ada empat jenis vaksin palsu. Data ini sifatnya masih sementara karena penyelidikan belum tuntas.
Beberapa jenis vaksin yang dipalsukan adalah Tripacel hasil produksi PT Sanofi Pasteur, Serum Anti Tetanus produksi PT Bio Farma, Pediacel produksi PT Sanofi Pasteur, Polivalent anti snake genom serum, Tuberkulin, Euvax B dan Engerix B.
Menurut Soedjatmiko, vaksin palsu tidak terjadi pada jenis vaksin yang harganya murah seperti BCG, Polio dan campak. “Harganya murah sekali dan diberikan gratis oleh pemerintah dengan stok melimpah, sehingga ini tidak dipalsukan,” kata dia.
Sehingga, kata Soedjatmiko, pemberian imunisasi ulang dapat efektif karena jenis vaksin yang hanya diberikan satu kali seperti BCG, kemungkinan tidak dipalsukan.
Kementerian kesehatan berencana memberikan imunisasi ulang dan telah mengirimkan surat edaran kepada seluruh dinas kesehatan, khususnya wilayah-wilayah yang terindikasi penyebaran vaksin palsu, untuk melakukan vaksin ulang berdasarkan sejumlah kriteria.
[Gambas:Video CNN] (yul)