Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 50 orang tua yang anaknya menerima vaksin palsu mendatangi Rumah Sakit Harapan Bunda, Jl Raya Bogor, Ciracas, Jakarta Timur. Kepada wartawan, beberapa orang tua pasien itu menceritakan kecurigaan mengenai dokter dan suster yang menjual vaksin palsu secara diam-diam dan menerima pembayaran secara pribadi, tidak melalui kasir rumah sakit.
“Setelah menyuntik anak, suster bilang bahwa stok rumah sakit habis dan imunisasi yang digunakan milik pribadi, sehingga pembayaran seluruhnya tidak melalui kasir,” kata Intan ditemui di Rumah Sakit Harapan Bunda, Jumat (15/7).
Intan membawa anaknya yang berusia 8 bulan pada 28 April 2016 untuk menerima imunisasi jenis DPT, HIB dan polio. Intan berkunjung ke salah seorang dokter anak dan mendapat pelayanan dari seorang suster berambut pirang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya lupa nama suternya, hanya ingat dia berambut pirang. Suster itu yang menawarkan vaksin secara pribadi,” katanya.
Suster itu, kata Intan, mematok tiga jenis vaksin dengan harga Rp1,750 juta. Namun, pembayaran yang tercetak di kwitansi rumah sakit hanya Rp750 ribu.
“Sisanya dia terima secara pribadi, dan tidak dibayar melalui kasir rumah sakit,” kata Intan.
Menurut Intan, ketika itu dia tidak menaruh curiga apapun. Alasannya, dia sudah lama menjadi pasien rumah sakit itu sejak kecil.
“Saya percaya aja dengan rumah sakit, karena sudah membayar mahal, seharusnya pelayanan juga berkualitas,” kata Intan.
Selain Intan, puluhan orang tua itu meminta penjelasan dari pihak manajemen rumah sakit. Namun, hanya lima orang yang menjadi perwakilan menemui pihak manajemen.
“Suami saya juga lagi di atas. Mereka sedang mencari kejelasan dari RS. Bagaimana jika dilakukan vaksin ulang terhadap anak yang sudah menerima vaksin? Apakah itu tidak bahaya?" ujar orang tua pasien yang lainnya, Pesta Marinda, seperti dilaporkan detikcom.
Pesta memiliki dua anak, perempuan dan laki-laki yang menjalani imunisasi di RS Harapan Bunda hingga umur 1 tahun. Kedatangan Pesta hari ini juga ingin mendapatkan kejelasan dari pihak RS.
Kementerian kesehatan kemarin mengumumkan 14 rumah sakit yang menerima vaksin palsu, di antaranya RS Harapan Bunda. Selain RS Harapan Bunda, RS St. Elisabeth di Bekasi juga didatangi para orang tua yang mengimunisasi anaknya ke rumah sakit itu. Mereka menuntut RS itu membuka posko informasi terkait masuknya RS tersebut ke dalam daftar penerima vaksin palsu.
Sementara itu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia akan membahas sanksi terhadap rumah sakit-rumah sakit yang menerima vaksin palsu, berikut pemasok dan pengedarnya.
“Kami akan bahas sanksi terhadap 14 rumah sakit itu, misal apakah direktur RS juga terlibat pembelian vaksin. (Pengusutan) ini nanti kami lanjutkan,” ujar Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek.
(yul)