Pemkot Klaim Hanya Tiga RS di Kota Bekasi Pakai Vaksin Palsu

Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Jumat, 15 Jul 2016 14:29 WIB
Tiga rumah sakit di Kota Bekasi yang menggunakan vaksin palsu, menurut pemerintah daerah setempat, ialah St. Elisabeth, Pemata Bekasi, Hosana Medica.
Para orang tua yang berang mendatangi rumah sakit penerima vaksin palsu. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Kota Bekasi mengklaim hanya tiga rumah sakit di wilayah mereka yang terbukti menggunakan vaksin palsu. Hal tersebut diketahui usai Dinas Kesehatan Kota Bekasi melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah RS di sana pada 23 Juni.

“Berdasarkan temuan vaksin palsu di 14 rumah sakit yang diumumkan Kemkes, hanya ada tiga di lingkungan (Kota) Bekasi,” ujar Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu dalam konferensi pers di Kantor Wali Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (15/7).

Tiga rumah sakit di Kota Bekasi yang menggunakan vaksin palsu itu, ujar Ahmad, ialah RS St. Elisabeth, RS Pemata Bekasi, dan RS Hosana Medica.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, Pemkot Bekasi menyatakan akan terus menelusuri kemungkinan adanya rumah sakit lain di wilayah mereka yang juga menggunakan vaksin palsu.

Menurut Ahmad, sejak kasus vaksin palsu mencuat bulan Juni, Tim Dinkes Kota Bekasi langsung menggelar sidak ke beberapa fasilitas kesehatan yang tersebar di Bekasi seperti RS Ananda, RS Hermina, RS Hosana Medica, RS Bella, dan beberapa klinik swasta.

Sidak itu juga melibatkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Namun saat itu tidak ditemukan bukti fisik dan faktur pembelian vaksin palsu.
Pemkot Bekasi pun telah mengeluarkan surat edaran untuk mewaspadai vaksin palsu. Surat itu disebar ke seluruh pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum daerah, dan RS swasta yang wilayah Kota Bekasi.

“Kami instruksikan untuk melakukan sosialisasi soal vaksin. Puskesmas juga diminta turun ke lapangan untuk sidak ke klinik-klinik di wilayahnya,” ujar Ahmad.

Pemkot Bekasi menyerahkan soal sanksi terhadap RS dan fasilitas kesehatan yang terlibat vaksin palsu, kepada Kepolisian.

Di sisi lain, Pemkot menyatakan akan menindak tegas rumah sakit yang tetap menggunakan vaksin palsu atau obat palsu. Untuk menenangkan warga Bekasi, Pemkot pun bakal terus melakukan audit dan investigasi terhadap seluruh fasilitas kesehatan di daerah itu.

“Untuk RS yang menggunakan vaksin palsu, kami akan menelusuri sejak kapan mereka memesan vaksin palsu,  siapa distributor tidak resminya, siapa konsumenya, siapa anak yang sudah di vaksinasi. Ini bukan hal mudah dan membutuhkan waktu lama,” ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

Mulai 2003

Pemkot Bekasi mulai hari ini membentuk posko aduan terkait vaksin palsu, untuk mendata jumlah anak yang diduga menerima vaksin palsu. Posko didirikan di seluruh fasilitas kesehatan milik Pemkot Bekasi hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

"Posko aduan didirikan di seluruh puskesmas dan RSUD," ujar Ahmad. Lewat posko-posko ini, Pemkot Bekasi berharap dapat mendata jumlah anak di Bekasi yang menerima vaksin palsu.

Ahmad meminta kepada para orang tua yang menduga anak-anaknya menerima vaksin palsu, untuk segera melapor.

Dinas Kesehatan Pemkot Bekasi Tetty Manurung mengaku kesulitan mengetahui jumlah pasti anak yang menjadi korban. Apalagi berdasarkan informasi yang ia terima, vaksin palsu sudah beredar di Bekasi sejak 2003.

“Kalau untuk mendata semua anak-anak dalam 13 tahun ini, saya rasa sangat sulit,” ujar Teti.

Selain posko aduan, satuan tugas juga dibentuk untuk menghitung jumlah anak yang diduga menerima vaksin palsu. Satgas akan memeriksa dokumen pembelian vaksin dan tindakan vaksinasi di setiap fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta.

Pemkot Bekasi pun akan memeriksa kartu vaksin yang dimiliki orang tua. Dari kartu tersebut, bisa diketahui di mana dan kapan anak tersebut melakukan vaksinasi.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER