Refmaningsih, Pendatang yang Jatuh Bangun Taklukkan Jakarta

Puput Tripeni | CNN Indonesia
Jumat, 15 Jul 2016 22:33 WIB
Refmaningsih membuka warung Bopet Mini di Pasar Benhil yang menjual ketupat dan bubur kampiun. Tahun 1980-an, dia menjualnya seharga Rp250.
Refmaningsih mengadu nasib menjadi pendatang di Jakarta dengan berjualan masakan Padang sejak 37 tahun silam. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Disiplin, jujur, dan kerja keras menjadi prinsip yang dipegang teguh Refmaningsih yang mengadu nasib menjadi pendatang di Jakarta sejak 37 tahun silam.

Dengan prinsip tersebut, waktu hampir empat dekade cukup untuk membuat perempuan yang biasa dipanggil Et itu, merengkuh kesuksesan di kota berjuluk metropolitan.

Kini, dia menikmati jerih payahnya bersama keluarga tercinta dengan memiliki banyak rumah di Jakarta dan rumah di kampung halamannya yang baru selesai dibangun tahun lalu. Nenek lima cucu ini juga kerap berlibur membawa semua keluarga besarnya. Tempat libur favoritnya adalah wilayah pegunungan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, dari hasil kerja kerasnya di Jakarta, Et juga rutin melaksanakan ibadah umrah. "Setahun bisa dua kali ibadah umroh," kata Et kepada CNNIndonesia.com di tengah keramaian pengunjung yang datang ke usaha miliknya, siang itu.

Et tak menikmati pencapaiannya seorang diri, dia membaginya dengan keluarga yang membutuhkan di kampung halamannya di Sumanik, Batu Sangkar, Sumatera Barat. Dia juga menjadi donatur di panti jompo. Karyawannya yang kini berjumlah 28 orang juga dia sejahterakan. Dua orang di antaranya ia berangkatkan umroh.

Et mengaku keberhasilannya ini tak diraih dengan mudah. Sebelum banyak dikenal dan memiliki karyawan, dia mengerjakan usahanya seorang diri.

"Waduh, dengan air mata ini merintis usaha ini," ujar Et yang membuka rumah makan Padang di Jalan Bendungan Hilir, Jakarta.

Et meninggalkan ranah minang membawa serta anak-anaknya pada tahun 1980. Dia mengikuti suaminya, Asmadi (Alm) yang setahun lebih dulu memulai berdagang barang pecah belah di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan.

Suami Et memilih ke Jakarta karena usaha serupa yang dijalankan di Padang bangkrut. Et mengatakan suaminya ditawari modal dan tempat oleh sanak famili untuk berdagang di Jakarta.

Setahun setelah kedatangannya, Et merasakan kerasnya Jakarta. Jual beli pecah belah itu kembali bangkrut.
Ketika itu, Et mulai terpikir untuk berdagang makanan. Keputusannya ditolak mentah-mentah oleh suami dan orang tuanya. Berdagang makanan dianggap kerja yang rendah.

"Gengsi lah namanya mau dagang makanan, biasa orang toko. Ibu saya malu, suami enggak mendukung," tutur Et.

Namun, Et tetap yakin kerjanya bakal berhasil. Dia memulai kembali dari nol saat anak bungsunya ketika itu masih berusia tujuh bulan. Dia bertekad tak akan pulang ke Padang sebelum berhasil.

Dia membuka warung bernama Bopet Mini di Pasar Benhil yang menjual ketupat dan bubur kampiun khas Padang. Saat itu, tahun 1980-an, dia menjualnya seharga Rp250 saja. Omset pertamanya Rp25ribu dengan modal Rp20ribu.

Usaha itu ternyata terus berkembang. Terbukti dari semakin banyak pengunjung setiap harinya. Melihat usaha itu membuahkan hasil, suaminya yang semula menolak kemudian ikut membantu. Et juga mulai merekrut karyawan, ketika itu baru dua orang.

Jatuh Bangun di Ibu Kota

Dagangan Et terus meluas ke makanan khas Padang lainnya, tak hanya sekadar ketupat dan bubur kampiun. Kiosnya semakin banyak. Et baru kembali lagi ke tanah kelahirannya enam tahun kemudian.

Namun, berjarak 10 tahun, usahanya mulai ditimpa kegoyangan. Et mengaku terlalu memaksakan usahanya. Dia membeli rumah dan mobil, sementara anak-anaknya juga harus dikuliahkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Suami Et juga mulai sakit-sakitan sejak kebakaran kecil terjadi yang terjadi di dapur warungnya sekitar tahun 1995 dan kemudian meninggal dunia setahun berselang. Kejadian ini membuat penghasilannya lebih besar pasak dari pada tiang.

"Terlalu memaksakan itu tidak baik," tutur Et mengingat kembali perjalanan usahanya.

Ketika itu, Et kehilangan semua yang dimilikinya. Tapi dia pantang menyerah. Dia memulai kembali, merintis dari awal. Usahanya kembali berbuah hasil. Tahun 2000, Et sudah bisa kembali membeli rumah di daerah Petukangan. Dua tahun kemudian dia menunaikan ibadah haji.

Sejak saat itu, Bopet Mini yang menyajikan makanan dengan sistem prasmanan dan mengandalkan kejujuran dari pelanggannya itu terus berkembang. Tokoh-tokoh seperti kepala daerah bahkan orang luar negeri mulai kerap singgah di kedainya mencicipi cita rasa masakan Padang.

Mendatangkan Karyawan dari Luar Jakarta

Usaha yang berkembang membuat Et terus membutuhkan karyawan. Tetapi Et tak sembarangan merekrut anak buahnya itu. Dia mendatangkannya jauh-jauh dari Kebumen, Jawa Tengah.

Et tak mau merekrut karyawan dari Jakarta. Menurutnya karyawan dari luar Jakarta lebih ulet dan gampang dididik.

"Nggak cocok (dari Jakarta), dari Jawa gampang mendidiknya," kata Et yang biasa dipanggil Byung. Byung dalam bahasa Jawa berarti Ibu.

Byung mengaku selalu mengajarkan disiplin yang tinggi kepada setiap karyawannya. Mendidik pegawai, kata Et, seperti tarik ulur. Kadang harus dikeraskan, kadang juga dengan sikap lunak.

Pegawai didikan Et sudah banyak yang berhasil meski rata-rata lulusan SMP. "Ada yang sukses, bikin rumah di kampung, punya tanah, udah jadi orang kaya," kata Et.

Et memfasilitasi karyawannya dengan tempat tinggal di sebuah mess dekat warung miliknya. Setiap tiga atau empat bulan sekali, karyawan diizinkan berlibur ke kampung halaman selama satu minggu. Ketika lebaran kemarin, Et juga membiayai transportasi PP Jakarta-Kebumen untuk semua karyawannya.

Byung mengatakan karyawan akan difasilitasinya asalkan mereka selalu menerapkan prinsip yang diajarkan, yaitu disiplin, jujur dan kerja keras.

Prinsip itu juga yang disarankan oleh Et bagi para pendatang yang berminat mencoba peruntungan di Jakarta. Para pendatang harus bisa menerima tantangan dan kuat mental.

"Kalau tidak untuk gesit, kalau mau jadi gembel mending enggak usah datang, kalau rajin dan ulet silahkan datang, jangan bikin repot pemerintah," tutur Et. (wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER