Jakarta, CNN Indonesia -- Manajer bar kafe Olivier, Devi Siagian, sempat mencicipi kopi bekas Mirna yang sudah disimpan di bar, kafe Olivier Grand Indonesia, Jakarta Pusat.
Dia menyesap Vietnamese Ice Coffee (VIC) menggunakan sedotan yang digunakan Mirna. Hal ini dia ungkapkan saat menjadi saksi dalam sidang kasus kopi beracun dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso.
"Benar saya mencoba, saya tetesin ke lidah. Rasanya agak pedes, kasar di lidah, pahit banget," kata Devi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia bahkan sempat merasa mual usai mencicipi kopi tersebut. Devi pun langsung meminta kopi itu dipisahkan ke dalam botol. Sementara sisa kopi di dalam gelas ditutup dengan plastik.
Devi berkata, saat kejadian, teman Mirna yakni Hani Juwita terlihat panik mengetahui kondisi Mirna yang mendadak kejang. Sementara Jessica hanya terdiam sambil berdiri melihat kondisi Mirna.
"Jessica saat itu cuma berceletuk 'ini kopinya kalian campur apa'," ucap Devi menirukan Jessica.
Pertanyaan Jessica rupanya juga didengar runner atau pegawai yang mengantarkan minuman, Agus Triyono. Devi saat itu cukup tersinggung mendengar pertanyaan Jessica yang diucapkan dengan nada ketus.
Dia merasa selama ini tak pernah ada komplain dari pengunjung soal minuman yang disajikan kafe Olivier. Bahkan dia sempat mengira Mirna mengalami kejang karena memiliki riwayat penyakit epilepsi.
"Saya langsung minta pegawai untuk mengamankan kopinya di bar. Saya mikir kok bisa kopi yang kita bikin seperti itu," katanya.
Saat peristiwa itu terjadi, Devi mengaku masih melihat satu gelas koktail selain VIC di atas meja. Hal ini berbeda dengan pernyataan Hani pada sidang sebelumnya yang menyebutkan bahwa saat itu hanya ada satu gelas VIC di atas meja. Namun menurutnya, saat itu Hani terlalu panik hingga bingung apa yang harus dilakukan.
Devi sampai meminta pada Hani untuk menghubungi keluarga Mirna.
"Sementara Jessica diam saja enggak melakukan apapun. Dia (Jessica) yang punya teman (Mirna), tapi kami yang sibuk. Harusnya kan dia yang lebih panik," ucap Devi.
VIC Jadi LakuUsai peristiwa tersebut, jumlah pengunjung kafe Olivier sempat menurun. Namun dua bulan setelah peristiwa itu, jumlah pengunjung kembali normal. Bahkan tak sedikit pengunjung yang ingin mencicipi VIC seperti yang diminum Mirna.
Padahal sebelum kasus kopi beracun itu mencuat di media, kata dia, VIC bukan menu favorit di kafe Olivier. Jumlah pesanan VIC dalam sehari bisa dihitung jari.
"Biasanya 10 sampai 15 gelas saja per hari. Tapi setelah peristiwa itu malah jadi laku," ucapnya.
Dia mengklaim bahwa proses pembuatan VIC dari pemilihan biji kopi hingga disajikan pada pengunjung terjamin kebersihannya. Bahkan pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah mengecek langsung ke kafe Olivier.
"Saya juga sudah cek dari air hingga susunya, semua dicek dari
expired date sampai kualitas kopinya. Tidak ada masalah," tandas Devi.
Dia juga mengaku tak mempermasalahkan urutan pembuatan VIC saat sudah disajikan dalam gelas. Dalam persidangan sebelumnya sempat terjadi perdebatan soal prosedur urutan VIC dalam gelas apakah es batu atau susu terlebih dulu. Namun menurut Devi, urutan pembuatan VIC ini sifatnya fleksibel.
"VIC itu tidak masalah es dulu atau susu dulu karena tidak akan mengubah tampilannya," terang Devi.
Namun majelis hakim terus menanyakan
Standar Operation Procedure (SOP) yang digunakan kafe Olivier dalam membuat VIC. Devi pun tetap berkukuh bahwa urutan VIC dalam gelas tergantung pada barista yang membuat.
"SOP kami tidak baku. Itu fleksibel mau nuang susu dulu atau es dulu. Tidak ada standar tertulis," tandasnya.
(rel)