Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia dan Malaysia membahas isu pertahanan dan keamanan wilayah, serta perbatasan laut dan darat dalam Pertemuan Konsultasi Tahunan Bilateral Indonesia-Malaysia ke-11 di Istana Merdeka, Senin (1/8).
Presiden Joko Widodo mengatakan dia bersama Perdana Menteri Malaysia, Y.M. Dato’ Sri Mohd. Najib Bin Haji Tun Abdul Razak bersepakat mendorong percepatan kerja sama trilateral bersama Filipina terkait dengan persoalan keamanan. Hal itu disebabkan sejumlah kasus penyanderaan di kawasan Sulu, Filipina, dan sekitarnya.
"Kami menyampaikan
concern terhadap kasus penculikan dan penyanderaan. Trilateral pengamanan perairan Sulu dan sekitarnya dapat segera dilakukan," kata Jokowi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam enam bulan terakhir, sejumlah warga negara Indonesia (WNI) disandera pasukan bersenjata Filipina Abu Sayyaf di perairan Sulu dan sekitarnya.
Pada Mei, kerja sama trilateral dibahas oleh ketiga negara tersebut setelah 14 WNI yang disandera berhasil dibebaskan. Namun, 10 WNI lainnya kembali disandera meski perjanjian trilateral sudah dibentuk.
Malaysia menyambut baik kerja sama itu. Najib mengatakan negaranya siap memperkuat dan mempercepat pelaksanaan kerja sama menangani penculikan di Sulu.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menuturkan tidak ada kendala implementasi prosedur dan kesepakatan trilateral pada perairan Sulu. Menurutnya, menteri pertahanan ketiga negara akan bertemu dan membahas kelanjutan pertemuan di Yogyakarta pada 5 Mei lalu.
"Hanya mengakurkan posisi masing-masing. Saya kira lebih ke teknis pelaksanaannya dengan mempertimbangkan aturan internasional," tutur Retno.
(asa)