Mendikbud: 'Full Day School' Terinpirasi dari Sekolah Swasta

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Selasa, 09 Agu 2016 07:18 WIB
Konsep full day school (FDS) tak akan begitu saja diterapkan. Melainkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kearifan lokal setiap daerah.
Dua pelajar SMA mengikuti kegiatan belajar mengajar di Sekolah Pribadi Depok, Jawa Barat, Jum'at (29/7). Full Day School akan mempertimbangkan aspek geografis, kondisi sosial, dan kebutuhan siswa setiap daerah. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengakui gagasannya mengenai penambahan jam belajar anak di sekolah atau full day school (FDS), ia dapat dari sekolah-sekolah terutama sekolah swasta yang telah lebih dulu terapkan konsep tersebut.

Muhadjir berpendapat penerapan FDS di sekolah swasta dapat menjadi rujukan atau acuan implementasi FDS di sekolah-sekolah negeri dan umum lainnya, dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial dan geografis setiap daerah. Dari pertimbangan itu nantinya dapat dilihat daerah mana saja yang memungkinkan sistem pembelajaran tersebut diterapkan.

”Kami punya badan penelitian dan pengembangan (litbang) yang nanti akan mengkaji lebih lanjut agar penerapan konsep FDS bisa optimal. Ada juga rujukan best practice dari sekolah swasta yang sudah lebih dulu menerapkan sistem pembelajaran ini," ujar Muhadjir kepada CNNIndonesia.com pada Senin (8/8) malam.
Muhadjir mengatakan, penambahan jam pelajaran siswa tak melulu berarti menambahkan bobot belajar siswa di dalam kelas. Konsep FDS ini justru diterapkan dengan tujuan memberikan ruang dan suasana belajar yang berbeda di sekolah, yang diharapkan bisa lebih menyenangkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tambahan jam pelajaran juga bisa digunakan pihak sekolah untuk mengoptimalkan pendidikan co-curricular (ekstra kurikuler). Yaitu pendidikan pelengkap di luar pendidikan pokok (akademis) yang lebih mengacu pada pengalaman belajar (learning experiences), seperti memperdalam ilmu agama, pendidikan budaya, bahasa asing, dan sebagainya.

Meski demikian, kata Muhadjir, konsep FDS tidak akan begitu saja diterapkan di sekolah-sekolah. Penerapan FDS akan disesuaikan juga dengan kebutuhan siswa dan kearifan lokal yang dimiliki masing-masing daerah.

Bahkan, tutur Muhadjir, permainan dan budaya lokal disematkan untuk mengisi tambahan jam pelajaran ini. Siswa menjadi tidak hanya fokus mengembangkan potensi diri tapi juga memperkuat kepribadian budaya mereka.

"Misalnya di daerah mana saja yang orangtuanya sibuk, sehingga tidak punya banyak waktu di rumah, daerah itu cocok untuk terapkan konsep FDS ini," ucap Muhadjir.
Usulan konsep FDS ini, kata Muhadjir, sesuai dengan arahan Presiden Jokowi untuk memperkuat pendidikan kakarter dalam sistem pembelajaran anak didik di sekolah. Dengan adanya tambahan jam pelajaran, sistem pembelajaran sekolah tidak hanya terfokus pada pendidikan pengetahuan, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan karakter anak.

Muhadjir menyatakan, bobot pendidikan karakter untuk tingkat sekolah dasar (SD) sekitar 80 persen dan tingkat menengah pertama (SMP) sekitar 60 persen. "Karena itu menurut kami yang paling tepat adalah perpanjang waktu anak di sekolah," katanya.

Membuat Anak Terasing

Sementara itu, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menyatakan, konsep FDS belum terjamin efektifitasnya jika diterapkan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya sekolah di daerah.

Menurut Muhaimin, masih banyak sarana dan prasarana termasuk infrastruktur sekolah di daerah yang belum memadai jika harus menerapkan konsep FDS.

Masih banyak sekolah yang belum layak sebagai lingkungan belajar yang nyaman apalagi jika harus menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah. Begitu pula soal kualitas, kuantitas, dan disribusi guru/tenaga pendidik yang belum merata.

"Jangankan nyaman bahkan hanya sebagai tempat sekedar berkumpul pun (banyak sekolah) sudah tidak aman," kata Muhaimin.
Menurut Muhaimin, kebijakan ini berpotensi membuat kejenuhan peserta didik dan memisahkan mereka dari kehidupan sosial di luar lingkungan sekolah. Ia menyatakan, pendidikan sekolah seharusnya tidak membebani anak-anak serta guru-guru secara berlebihan.

Muhadjir sebelumnya menyampaikan gagasan full day school untuk pendidikan dasar yaitu SD dan SMP untuk sekolah negeri dan swasta. Gagasan ini diajukan agar anak memiliki kegiatan di sekolah dibanding berada sendirian di rumah ketika orang tua masih bekerja.

"Dengan sistem full day school secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi 'liar' di luar sekolah ketika orang tua mereka masih belum pulang dari kerja," kata Muhadjir di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (7/8).

Menurut Muhadjir, menambah waktu anak di sekolah membuat siswa bisa menyelesaikan tugas dan mengaji hingga dijemput orang tua usai jam kerja. (wis/wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER