Jakarta, CNN Indonesia -- Operasi Tim Satuan Tugas Tinombala diperpanjang selama dua bulan. Tim gabungan TNI dan Polri itu diberikan tugas untuk memburu 16 anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang diperkirakan masih bersembunyi di belantara Gunung Biru, Poso, Sulawesi Tengah.
Operasi Tinombala mulai menjalankan tugasnya memburu kelompok pimpinan Santoso pada Januari 2016 setelah berganti sandi dari Camar Melo.
Tugas tim tersebut seharusnya berakhir pada 8 Mei, namun Operasi Tinombala akhirnya diperpanjang hingga 6 Agustus dan kembali diperpanjang hingga dua bulan ke depan karena misi yang belum rampung.
Penanggung Jawab Tim Satgas Tinombala Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadi menyampaikan pihaknya akan menjalin kerja sama dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk memberikan jaminan keamanan dan penegakan hukum. Diharapkan, 16 anak buah Santoso yang tersisa segera menyerahkan diri kepada aparat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan perlakukan sebaik-baiknya dan melakukan proses hukum seadil-adilnya, seperti kepada mereka yang sudah turun," kata Rudy saat berbincang dengan CNNIndonesia.com pada Rabu (10/8).
Terpisah, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan untuk meningkatkan kinerja, sejumlah personel Tim Satgas Tinombala akan diganti. Dia mengatakan, tim itu ingin segera menuntaskan perburuan yang sudah berjalan bertahun-tahun terhadap kelompok Santoso.
"Kalau personel keseluruhannya itu ada sekitar 3.000, masing-masing daerah itu ada satuan-satuan dari Brimob yang dilibatkan dalam Tim Satgas Tinombala yang ada di sana," kata Boy.
Masih Ada 16 DPOSetelah berhasil menembak mati Santoso bersama anggotanya Muktar alias Kahar pada 18 Juli, Tim Satgas Tinombala terus memburu para pengikutnya. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Tim Satgas Tinombala, selain Santoso dan Muktar terdapat 19 nama anggota Mujahidin Indonesia Timur yang masuk dalam daftar pencarian orang.
Pada 23 Juli, Jumiatun Muslim alias Atun alias Bunga alias Delima menyerahkan diri ke Tim Satgas Tinombala. Istri Santoso itu telah ditetapkan polisi sebagai tersangka kasus terorisme lantaran diduga mengetahui rencana pembunuhan tiga warga sipil di Tangkura, Poso dan niat pembunuhan tiga warga sipil lain di Sausu, Parigi.
Pada 5 Agustus, jumlah personel kelompok Mujahidin Indonesia Timur kembali berkurang. Jumri alias Tamar menyerahkan diri kepada Satuan Tugas Imbangan Intelijen dari Badan Intelijen Negara di Kecamatan Poso Pesisir, Poso.
Sehari berselang, giliran anak buah Santoso yang bernama Salman alias Opik menyerahkan diri ke Tim Satgas Tinombala.
Dengan demikian, praktis kini tersisa 16 nama pengikut Santoso dalam daftar pencarian orang. Mereka diharapkan segera keluar dari tempat persembunyiannya dan menyerahkan diri kepada Tim Satgas Tinombala.
Ke-16 nama pengikut Santoso yang masuk dalam daftar pencarian orang itu adalah:
1. Abu Alim
2. Adji Pandu Suwotomo alias Sobron
3. Ali Ahmad alias Ali Kalora
4. Andika Eka Putra alias Andika alias Hilal
5. Askar alias Jaid alias Pak Guru
6. Basir alias Romzi
7. Basri alias Bagong alias Bang Ayas alias Opak
8. Firdaus alias Daus alias Barok Rangga
9. Kholid
10. Moh Faizal alias Namnung alias Kobar
11. Nae alias Galuh
12. Nurmi Usman alias Oma (istri Basri)
13. Qatar alias Farel
14. Suhartono alias Yono Sayur alias Pak Hiban
15. Tini Susanti Kaduku alias Umi Fadel (istri Ali Kalora)
16. Yazid alias Taufik
(wis/asa)