Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Pembela Indonesia Berantas Mafia Narkoba akan membeberkan fakta baru terkait dengan penelusuran testimoni terpidana mati Fredi Budiman pada siang ini.
Kesaksian Fredi sendiri terkait dengan dugaan keterlibatan aparat dalam bisnis narkotika. Kesaksian itu dituliskan oleh Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar berjudul
Cerita Busuk dari Seorang Bandit.Puri Kencana Putri, salah satu anggota tim, menyatakan pihaknya menemukan fakta baru dalam putusan kasus Fredi Budiman pada 2012. Menurutnya, hal tersebut dapat ditindaklanjuti oleh penegak hukum saat itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Fakta ini penting disampaikan sebagai alah satu pintu masuk untuk menguji testimoni Fredi Budiman yang disampaikan kepada Haris Azhar,” kata Puri dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (12/8).
Rencananya, Tim Pembela Indonesia Berantas Mafia Narkoba akan membeberkan fakta itu pada siang nanti pukul 14.00 WIB. Kegiatan itu akan digelar di kantor Kontras, Jalan Kramat Raya II, Jakarta Pusat.
Puri menegaskan pembeberan fakta itu akan menjawab pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa kasus Fredi adalah kasus lama namun kenapa baru diungkapkan. Fredi dieksekusi mati pada 29 Juli lalu namun menyisakan pelbagai persoalan macam dugaan pelanggaran aparat penegak hukum. Koalisi Masyarakat Sipil untuk Hapus Hukuman Mati melaporkan sejumlah indikasi pelanggaran itu ke Ombudsman dan Komisi Kejaksaan.
Terpisah, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Maluku Kombes M Arief Dimjati menyatakan jalur masuk narkoba di daerah tersebut diduga melalui jasa pengiriman barang.
"Sejauh yang kami amati, narkoba masuk ke Maluku lewat beberapa cara, antara lain melalui jasa pengiriman barang yang diselipkan di dalamnya, baik melalui laut, darat dan udara, katanya seperti dilansir
Antara, Jumat.
Dia mengakui Provinsi Maluku yang terdiri dari pulau-pulau menjadi kendala bagi aparat BNN setempat dalam melakukan pengawasan terutama pada jalur-jalur laut, darat maupun udara.
Kendala lainnya adalah keterbatasan aparat pengawas, juga sarana dan prasarana berupa fasilitas metal detektor untuk mendeteksi barang bawaan penumpang. Salah satu cara adalah membongkarnya secara manual.
"Kami belum punya alat untuk mendeteksi barang bawaan orang, seperti tas, pakaian atau barang lainnya untuk memastikan ada narkoba yang diselipkan di dalamnya,” katanya.
(asa)