Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menemukan bahan kimia yang bisa digunakan untuk membuat bom berdaya ledak tinggi di warnet tempat kerja terduga teroris Dwiatmoko alias Abu Ibrahim Al Atsary di Lampung.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Agus Rianto, Jumat (19/8), bahan kimia tersebut berupa kristal putih seberat 150 gram. Bahan ini ditemukan dalam penggeledahan 16 Agustus kemarin.
"Setelah kami lakukan pemeriksaan secara ilmiah, ternyata itu sejenis Triaseton Triperoksida Peroksiaseton (TATP)," kata Agus. "Ini adalah salah satu bahan peledak primer dengan kekuatan yang cukup besar."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, dalam penggeledahan juga ditemukan tiga unit komputer, 13 hard disk, dan beberapa kartu SIM. Barang-barang tersebut kemudian disita sebagai barang bukti.
"Ini terus kami lakukan pengembangan terhadap DA dan jaringannya," kata Agus.
Selain di warnet itu, Densus 88 juga menggeledah kediaman Dwiatmoko. Di sana, penyidik menemukan beberapa barang mencurigakan seperti gotri, pipa, solder listrik, kabel, konektor, dan sakelar. Disita pula beberapa dokumen dan tiga laptop.
Dwiatmoko diduga terlibat bom bunuh diri di Polres Solo, jelang Idul Fitri lalu. Ia juga diduga sebagai orang dekat Bahrun Naim, sosok yang diyakini sebagai otak serangan teror Jakarta, awal 2016.
Dwiatmoko ditangkap pada Senin (15/8) sekitar pukul 13.30 di sebuah warnet di Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. Menurut saksi mata, penangkapan berlangsung cepat oleh polisi bersenjata laras panjang.
Kedua di IndonesiaBerdasarkan catatan
CNNIndonesia.com, penemuan bahan kimia TATP ini adalah yang kedua kalinya di Indonesia. Penemuan pertama terjadi pada ancaman teror di Mal Alam Sutera, 2015.
Saat itu, Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian yang masih menjabat sebagai Kepala Polda Metro Jaya mengatakan baru pertama kali bom TATP ditemukan.
Tito mengatan, dalam aksi terorisme di dunia, ledakan dengan menggunakan bahan peledak jenis TATP pernah dua kali terjadi. Kasus pertama dilakukan oleh Richard Reid, warga Inggris yang dijuluki
shoe bomber (pembom sepatu).
Tahun 2001, Richard Reid mencoba meledakkan sebuah pesawat yang terbang dari Paris ke Amerika Serikat dengan menggunakan bahan peledak jenis TATP yang dimasukkan ke dalam sepatunya.
Kejadian kedua terjadi dalam peristiwa ledakan di sebuah stasiun kereta api bawah tanah dan sebuah bus di pusat kota London, Inggris, tahun 2005.
Dalam ledakan tersebut, bahan peledak TATP yang digunakan seberat 4,5 kilogram. Daya ledak bom tersebut mampu merusak bangunan dan menyebabkan banyak korban jiwa dan luka.
Tito berkata, bahan peledak TATP sangat sulit dideteksi keberadaannya. Bahkan, ujar Tito, bahan TATP bisa lolos dalam pemeriksaan dengan menggunakan sinar X.
(wis/agk)