Tak Ada Estafet Pengawasan, Polisi Akui Celah Bom Thamrin

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Senin, 22 Agu 2016 18:58 WIB
Kepolisian mengakui tidak ada estafet pengawasan saat melakukan rotasi petugas yang mengawasi salah satu pelaku teror Afif dalam peristiwa Bom Thamrin.
Salah satu pelaku Bom Thamrin. Polisi akui ada celah yang dimanfaatkan pelaku teror Thamrin, Januari lalu. (Reuters/Xinhua/Veri Sanovri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian mengakui ada celah yang dimanfaatkan pelaku teror sebagai momentum serangan teror terjadi di kawasan Thamrin, Jakarta, Januari lalu. Celah tersebut adalah rotasi petugas yang mengawasi salah satu pelaku teror Afif.

Hal tersebut disampaikan Direktur Keamanan Negara Polri Komisaris Besar Djoko Mulyono dalam satu seminar soal kontra-terorisme. Menurut Djoko, polisi yang ditugaskan mengawasi Afif alias Sunakim dipindahkan beberapa waktu sebelum kejadian.

"Itu yang mengawasi seorang Aiptu di Purwakarta, tahunya dia dipindah tugaskan ke Bogor. Tidak ada estafet pengawasan," kata Djoko di Jakarta, Senin (22/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Djoko mengatakan Polri sebenarnya sudah mengetahui ada rencana serangan teror yang diberi sandi 'konser' itu. Para teroris menyebut serangan sebagai 'konser' karena terinspirasi serangan Paris yang dilakukan berbarengan dengan pertunjukan musik.

Hal ini terungkap lewat pantauan intelijen terhadap aktivitas komunikasi Afif dan rekan-rekannya. Saat itu, kata Djoko, diketahui kelompok yang berafiliasi kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini mendapat perintah untuk melaksanakan 'konser' Natal atau pergantian Tahun.

Polri, lanjut dia, sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencegah serangan tersebut. Pengamanan memang terasa lebih ketat akhir 2015 lalu, dan beberapa tokoh jaringan yang dipimpin Bahrun Naim itu sudah ditangkap.

Hanya saja, kata Djoko, serangan tidak terjadi hingga memasuki 2016 dan Polri diakui sedikit lengah. "Karena setelah tahun baru tidak apa-apa mungkin Polri agak kendor, lalu terjadilah Thamrin."

Saat itu, kendala Polri adalah mengetahui kapan dan di mana tepatnya serangan tersebut akan dilakukan. Dalam komunikasi yang terpantau, menurutnya, tidak disebutkan secara rinci soal rencana serangan tersebut.

Serangan bom dan penembakan di Thamrin terjadi pada 15 Januari lalu. Akibat aksi teror tersebut, delapan orang, termasuk empat pelaku, tewas. Sementara puluhan lainnya luka-luka dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. (gil/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER