Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan memutuskan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang bakal diusung pada pemilihan kepala daerah (pilkada) 2017, hari ini, Selasa (20/9). Salah satu nama yang digadang-gadang akan dipilih PDIP adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Menurut peneliti CSIS Arya Fernandes, jika PDIP akhirnya memilih Ahok, maka akan mengubah peta politik pilkada DKI secara drastis.
"Pertama, jika PDIP memilih Ahok akan memengaruhi manuver politik partai-partai. Tentu partai lain akan mencari lawan yang dianggap seimbang untuk melawan petahana," kata Arya saat berbincang dengan CNNIndonesia, Selasa (20/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok merupakan calon petahana yang telah mendapat dukungan dari tiga partai, Hanura, Golkar, dan NasDem. Walau tanpa dukungan PDIP, Ahok bisa maju menjadi calon gubernur karena persyaratan mencalonkan pasangan gubernur dan wakil gubernur sebanyak 22 kursi DPRD DKI telah terpenuhi.
Jika empat partai itu digabung, maka total kursi DPRD sebesar 52 kursi dengan rincian, 10 kursi Hanura, 9 kursi Golkar, 5 kursi NasDem, dan 28 kursi PDIP. Jumlah yang sangat besar dan meyakinkan untuk mengantar Ahok menduduki DKI 1 kembali.
Ahok juga merupakan calon yang memiliki elektabilitas yang belum mampu disaingi oleh calon lainnya di Jakarta.
Arya melanjutkan, merapatnya PDIP ke Ahok juga akan berpengaruh pada peta koalisi di tingkat partai. Partai-partai yang telah membuat poros alternatif atau koalisi lainnya, akan berpikir ulang dalam merumuskan strategi politik dan memberikan dukungan.
"Kedua, peta partai akan dinamis. Partai-partai di luar partai pendukung Ahok akan bergabung untuk melawan Ahok, atau mungkin menyebrang ke koalisi Ahok," katanya.
Saat ini, selain koalisi partai Ahok, terdapat koalisi antara Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Mereka menduetkan Sandiaga Uno dengan Mardani Ali Sera. Koalisi ini memiliki 26 kursi DPRD, yaitu Gerindra 15 kursi dan PKS 11 kursi.
Terdapat juga poros lain yaitu gabungan Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Total poros ini memiliki 28 kursi DPRD DKI dan lebih dari cukup.
Ketiga, menurut Arya, dukungan PDIP ke Ahok akan mempengaruhi komposisi pasangan calon. Partai-partai yang memilih untuk melawan Ahok pasti akan realistis. Mereka akan mencari calon yang paling potensial menyaingi elektabilitas mantan politikus Gerindra itu.
"Pasangan calon yang sudah digadang-gadang bisa berganti karena belum definitif mencalonkan, seperti pasangan Sandiaga Uno dan Mardani Ali Sera," kata Arya.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto melalui keterangan tertulis menyatakan, DPP PDIP memastikan akan mengumumkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta hari ini di Kantor Pusat DPP PDIP.
Pengumuman akan berlangsung malam hari, pukul 20.00 WIB. PDIP juga akan mengumumkan calon gubernur untuk daerah-daerah lain.
(rdk)