Jakarta, CNN Indonesia -- Energi Basuki Tjahaja Purnama seakan tak pernah surut. Pagi hingga petang ia habiskan untuk seabrek kegiatan. Bertemu dengan warga Jakarta kian menjadi prioritas, dengan alokasi waktu makin bertambah.
Program-program yang dijanjikan bakal direalisasikan selalu disinggung Ahok, sapaan Basuki, di hadapan warga. Pesan terkait Pilkada DKI Jakarta yang bakal berlangsung 15 Februari 2017, tak lupa ia selipkan.
“Saya tegaskan, Bapak dan Ibu jangan terpengaruh urusan pilkada. Kalau ada yang lebih baik, jujur (dari saya), jangan pilih saya, karena kalau pilih saya bodoh,” kata Ahok akhir September ketika meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, itu bukan akhir dari pesan “sponsor” Ahok. Sang bakal calon gubernur petahana kerap menutup ucapan dengan kalimat “bersayap.”
“Kalau ada (calon gubernur DKI Jakarta) yang lebih baik, pilih dia. Tapi kalau tidak pengalaman ‘jual obat’ tetap Bapak pilih, bodoh juga,” ujar Ahok, melontarkan sindiran halus kepada para rivalnya di Pilkada Jakarta yang lebih tak berpengalaman dari dia dalam mengelola pemerintahan daerah.
Baik Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono, tak ada satupun dari mereka yang pernah terjun langsung mengelola pemerintahan daerah, dibanding Ahok yang sebelum memimpin Jakarta juga pernah menjadi Bupati Belitung Timur.
Sebagai petahana, Ahok pun diuntungkan dengan program-program kerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mulai memperlihatkan hasil. Ia juga diuntungkan dengan berbagai acara yang memerlukan kehadirannya selaku Gubernur DKI Jakarta. Salah satunya peresmian RPTRA.
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak memberikan banyak kesempatan kepada Ahok untuk langsung turun bertemu warga di berbagai pelosok Jakarta. RPTRA merupakan taman terbuka multifungsi yang berlokasi di sekitar pemukiman warga.
Selain menjadi taman terbuka bagi publik, RPTRA menjadi wahana permainan dan tumbuh kembang anak sebagai bagian dari sarana Kota Layak Anak. RPTRA juga menjadi ruang terbuka hijau dan lokasi penyerapan air tanah.
RPTRA sekaligus menjadi pusat kegiatan masyarakat. Di dalamnya terdapat Bina Keluarga Balita Pendidikan Anak Usia Dini, Pos Pelayanan Terpadu, dan perpustakaan anak. Taman ini juga berfungsi sebagai tempat berolahraga, bermain, dan berkreasi.
Saat ini terdapat lebih dari 50 RPTRA yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta. Jumlah itu belum setengah dari yang ditargetkan. Hingga 2017, Ahok mematok 300 RPTRA harus tersedia di Jakarta. Artinya, masih ada peresmian 200 lebih RPTRA yang akan dihadiri Ahok sampai menjelang pilkada.
Jika pun Ahok sesekali berhalangan hadir, ia digantikan dengan wakilnya, Djarot Saiful Hidayat –yang kembali maju mendampingi dia pada Pilkada 2017. Maka apakah Ahok atau Djarot yang meresmikan 200-an RPTRA, itu setali tiga uang alias sama saja.
Pada tiap peresmian RPTRA, Ahok sudah otomatis menyapa warga. Usai berpidato, ia dengan sabar meladeni satu per satu permintaan warga untuk berfoto selfie.
Selain blusukan ke permukiman warga lewat peresmian RPTRA, Ahok berkeliling ke pasar-pasar. Dari Agustus hingga Oktober saja, Ahok telah meresmikan empat pasar, yakni Pasar Nangka Bungur di Kemayoran Jakarta Pusat, Pasar Pesanggrahan di Jakarta Selatan, Pasar Kampung Duri di Tambora Jakarta Barat, dan Pasar Kebon Bawang di Tanjung Priok Jakarta Utara.
Maka lewat peresmian pasar-pasar itu, Ahok pergi ke berbagai penjuru Jakarta. Usai meresmikan pasar, ia selalu menyusuri tiap sudut pasar untuk mengecek sejumlah hal.
Ahok bukan hanya turun langsung menemui warga lewat peresmian RPTRA dan pasar, tapi juga menerima masyarakat yang datang ke kantornya di Balai Kota DKI Jakarta untuk menyampaikan beragam keluh-kesah kepadanya.
Tiap pagi, Ahok biasa tiba di Balai Kota sekitar pukul 07.45 WIB. Ia kemudian meluangkan waktu barang setengah jam untuk menerima warga. Di pendopo, warga berbaris rapi menyambut kedatangan Ahok.
Sang Gubernur kemudian meladeni mereka satu per satu. Ia mendengar berbagai pengaduan, mulai soal perizinan hingga pertanahan. Untuk tiap masalah yang dikemukakan itu, Ahok memberikan tanggapan –dan tentu saja, dengan senang hati menerima ajakan berfoto dari warga.
Bahkan saat Ahok hendak terbang ke Blitar untuk ziarah ke makam Bung Karno Senin pekan lalu (10/10), ia tetap menyempatkan diri bertemu warga di Balai Kota sebelum bertolak ke Bandara Halim Perdanakusuma.
Pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak luput diperhatikan Ahok. Ia kerap mengajak para pegawai negeri sipil nonton film bareng. Petugas harian lepas atau pekerja honorer di Pemprov Jakarta juga ikut serta.
Tak jarang, untuk film-film yang ditonton Ahok dan para pegawainya itu, para aktris dan aktornya turut mendampingi. Layaknya premiere film. Seru dan ramai.
PNS dan tenaga kontrak Pemprov DKI Jakarta, plus sejumlah kalangan lain, juga diberi privilese oleh Ahok untuk naik bus TransJakarta secara cuma-cuma mulai hari ini, Senin (17/10). Mereka yang juga bisa menumpang TransJakarta gratis ialah pemegang kartu pintar, karyawan swasta tertentu dengan gaji sesuai upah minimum Jakarta, penghuni rumah susun sederhana sewa, warga Jakarta berusia lebih dari 60 tahun, kaum difabel, veteran, dan pemegang KTP Kepulauan Seribu.
Kebijakan populis ini, menurut Ahok, bukan ia luncurkan sebagai siasat meraih hati pemilih menjelang Pilkada Jakarta 2017. Ia mengatakan, itu memang program kerja Pemprov DKI Jakarta.
Apapun kata Ahok, ia punya keuntungan selaku petahana. Ahok, menurut pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya, makin diingat warga dan bisa terus bersosialisasi dengan mudah tanpa harus kampanye.
“Petahana memiliki peluang yang sangat besar ketika mereka bekerja seperti biasa. Tapi bisa menjadi bumerang kalau kerja mereka tidak benar,” kata Yunarto.
Sejauh ini, elektabilitas Ahok masih yang tertinggi. Namun, dengan rival-rival yang juga tak bisa dianggap dienteng, Ahok jelas mesti terus bergerilya berebut dukungan warga Jakarta.
(agk)