Kemelut Pasar Modern dan Pedagang Ikan di Muara Baru

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Senin, 17 Okt 2016 09:07 WIB
Tempat Pelelangan Ikan di Muara Baru akan disulap jadi pasar modern 20 lantai berkelas internasional. Namun para pedagang di sana justru jadi cemas bukan main.
Tempat Pelelangan Ikan di Muara Baru akan disulap jadi pasar modern 20 lantai berkelas internasional. Namun para pedagangnya justru jadi cemas. (CNN Indonesia/Tiara Sutari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Baru di Penjaringan, Muara Baru, terlihat ramai malam itu, meski aksi mogok nelayan sedang berlangsung di wilayah itu sepekan penuh.

"Bang, cakalangnya ya. Lima kilo."

"Naik ya Bu, harganya."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Loh, masak naik. Harga biasa saja. Aku ambil tujuh kilo kalo harga biasa."

"Enggak bisa, Bu. Sekarang memang cakalang lagi jarang."

"Ya sudah, tiga kilo saja kalau begitu."

Bau amis ikan, suara dorongan troli, serta kesibukan memotong ikan mengiringi percakapan antara penjual dan pembeli itu.

Rohayati (38) pembeli ikan cakalang, dan Ucok (67) penjual serta pemilik salah satu lapak di kawasan pelelangan ikan Muara Baru, sedang beradu harga demi mendapat nilai paling sesuai.

Rohayati ingin harga paling murah, namun Ucok tak mau menurunkan harga karena akan menanggung rugi walau hanya seribu rupiah. Toh pada akhirnya mereka bersepakat soal harga.

Ucok yang berwajah ramah, mengenakan setelan Betawi ketika berdagang. Kontras dengan pakaian itu, logat Batak kental terdengar ketika ia bicara. Suara Ucok yang lantang seakan mengajak orang berkelahi.

Tapi dia memang betul ramah. Nada tinggi dari pita suaranya mungkin efek terlalu sering berteriak ketika berdagang, beradu bunyi dengan kebisingan TPI Muara Baru.
Ucok sudah lupa kapan dia mulai berdagang ikan di Muara Baru, hingga memiliki banyak pelanggan tetap seperti sekarang. Dia bilang, sudah lama berjualan.

Dulu Ucok hanya menawarkan satu jenis ikan. Kini dagangannya beragam, mulai dari cakalang, bandeng, sampai cumi-cumi.

"Saya juga jual tuna, tapi untuk dikirim ke toko-toko besar. Saya kerja sama dengan toko bergengsi," kata Ucok, sembari berseloroh.

Dia mengaku sudah punya banyak pelanggan tetap yang setiap malam mampir ke lapaknya yang tak begitu besar. Pelanggan pelanggan ini, ujarnya, sudah seperti keluarga sendiri. Kapanpun beli, dan beli apapun, mereka akan kembali ke lapak Ucok.

"Padahal lapak saya itu enggak strategis. Ada di tengah-tengah yang (bau) amisnya kuat. Tapi karena mereka sudah pelanggan, ya pasti kemari lagi. Mereka sudah tahu saya di sini, enggak pindah-pindah," ujar Ucok.

Bagi Ucok, TPI Muara Baru layaknya kompleks perumahan mewah yang saban hari didatangi pengunjung. Tamu-tamu di sana sudah hafal betul, pedagang mana jualan apa dan berada di mana.

Suasana khas itu, kata Ucok, memunculkan istilah, “Sejauh apapun kamu, akan tetap kembali dan membeli ikan kepadaku.”

"Makanya, rasanya susah kalau nanti TPI-nya diganti-ganti. Saya enggak setuju kalau TPI-nya diganti sama Bu Susi (Menteri Keluatan dan Perikanan)," kata Ucok.
Bukan rahasia lagi kalau TPI Muara Baru akan segera disulap menjadi pasar modern berkelas international yang terdiri dari 20 lantai, merujuk pada Pasar Tsukiji di Jepang.

Pembangunan pasar ikan modern di Muara Baru akan dimulai awal 2017. Namun hal ini justru bagai mimpi buruk bagi mayoritas pedagang di sana. Mereka takut akan kehilangan pelanggan, dan kehilangan lapak yang menjadi sandaran hidup mereka selama ini.

Selain Ucok, hal itu dirasakan Fauzan (40), pedagang tuna putih yang sudah tiga tahun berdagang di TPI Muara Baru. Fauzan sampai hafal waktu kedatangan para pelanggannya. Mereka selalu berjunjung tepat waktu, membeli dengan hitungan tepat, dengan jumlah sama persis tiap harinya.

"Saya sudah tahu mereka, begitu juga sebaliknya. Makanya kalau diubah lagi, nanti mereka kesulitan mencari saya," kata Fauzan.

Dia bukannya tak setuju dengan rencana pemerintah yang ingin menyulap pasar menjadi lebih baik. Sebab, beragam fasilitas baru bisa jadi mampu mendatangkan konsumen lebih banyak lagi, bahkan dari mancanegara.

Tapi ternyata, bukan itu yang diharapkan Fauzan.

"Saya tahu, mereka (KKP) sudah kasih kami sosialisasi, katanya kami enggak akan kehilangan tempat jualan, dan justru akan tambah pendapatan. Tapi ujung-ujungnya pegawainya pasti dari mereka, bukan kami," kata Fauzan.

Dia mengatakan, bukannya berpikir negatif terkait rencana pemerintah, namun menyayangkan sikap pemerintah yang seolah buru-buru ingin mengubah Muara Baru menjadi “mainan baru” mereka.

"Kenapa buru-buru? TPI ini juga sudah bersih, bagus, sesuailah sama tempat jualan ikan. Kalau bau amis ya maklum, namanya juga pasar ikan," kata Fauzan.
Jika pembangunan pasar modern di Muara Baru tetap dilanjutkan, menurut Fauzan, justru bukan tak mungkin akan muncul pengangguran baru. Sebab mereka yang kehilangan lapak dan tempat kerja akan berubah menjadi kaum pengangguran yang bakal menambah beban negara.

"Kami ini punya banyak pekerja. Kalau TPI-nya diubah, pekerja saya mau kerja di mana? Saya juga harus jualan di mana? Pasti harus penyesuaian lagi, nyari pelanggan lagi, dan itu enggak gampang," kata Fauzan.

Resah berderu di benak Fauzan dan Ucok, seiring keriuhan di sekitar mereka. (agk)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER