Jakarta, CNN Indonesia -- Para pengguna narkoba yang sekedar coba-coba atau
experimental users di Indonesia jumlahnya diperkirakan mencapai 1,2 juta orang.
"Pada tahun 2008 ada sekitar 850 ribu pengguna coba-coba dan naik menjadi 1,1 juta tahun 2011 dan terus naik menjadi 1,2 juta lebih tahun ini,” kata Guru Besar Universitas Hasanuddin Makassar Prof Nurul Ilmi Idrus dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Sabtu (22/10), seperti dilansir
ANTARA.
Menurut dia, penggunaan obat-obatan di Indonesia mulanya didominasi oleh
cannabis atau daun ganja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian pada pertengahan 1990-an, penggunaan heroin atau putaw mulai meningkat, meski obat-obat tersebut banyak merupakan
amphetamine jenis stimulan.
“Kini obat-obat resep menjadi tren di kalangan pengguna yang sekedar coba-coba,” ujarnya.
Ia mengatakan, beberapa tahun terakhir terjadi kelangkaan terhadap pasokan obat jenis putaw, sementara data statistik BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) menunjukkan, tren penggunaan putaw turun serta berada di peringkat keempat setelah ganja, shabu, dan ekstasi.
Selain itu, Nurul mengungkap, terjadi pula penurunan jumlah pengguna jarum suntik atau injecting drugs users (IDUs) yang cukup drastis, dari 230 ribu pengguna jarum suntik pada tahun 2008, turun menjadi 70 ribu pengguna pada 2011.
“Nah, kalau kita melihat datanya memang bagus karena jumlah pengguna jarum suntik menurun. Tetapi, di satu sisi ternyata ada peningkatan pada penggunaan obat-obat resep atau psycoactive prescription drugs (PPD). Mereka mencari alternatif untuk menutupi asupan obat-obatan yang kurang tersebut,” terangnya.
Nurul menambahkan bahwa penyalahgunaan resep obat di kalangan remaja menunjukkan, jenis obat resep seperti somadril, subutex, subuxon, calmlet, dan tramadol sangat dikenal oleh pengguna narkoba di Makassar.
Sementara di Yogyakarta, jenis obat calmlet serta reclona yang cukup populer. Salah satu yang banyak digunakan pula adalah dextromethrophan, obat batuk kering.
Untuk mendapatkan efeknya, mereka bahkan bisa mengonsumsi dalam dosis tinggi. “Bisa sampai 50 tablet sekali minum,” kata Nurul.
(antara/les)