Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap buron teroris anggota Neo Jamaah Islamiyah di Magetan, Jawa Timur, Selasa (25/10). Buron berinisial GW (48) itu ditangkap di Jalan Mayjen S Parman, tepatnya pukul 07.00 WIB.
Hal ini dibenarkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto. Menurutnya, proses penangkapan berlangsung lancar dan dilanjutkan dengan penggeledahan di kediaman tersangka.
"Setelah penangkapan, saudara GW diamankan oleh tim, lalu dibawa untuk dilakukan pengembangan," kata Agus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berselang setengah jam, tim tiba di rumah GW di Jalan Hasanudin. Didampingi ketua RT/RW setempat dan istri tersangka, petugas menggeledah dan menemukan sejumlah barang bukti.
Beberapa bukti yang ditemukan diduga dimiliki tersangka untuk membuat bom rakitan. Barang-barang itu di antaranya adalah enam potong pipa berdiameter 30 sentimeter untuk wadah bahan peledak dan pipa berdiameter 15 sentimeter untuk detonator.
Selain itu, ditemukan juga kantong plastik berisi arang, buku panduan elektronik, kaleng berisi gula batu, baterai, korek api dan lima buah telepon seluler.
Tak hanya itu, ada pula sejumlah senjata tajam seperti parang, celurit, golok dan pisau yang disita di rumah GW.
Barang bukti lain terdiri atas buku-buku berbau radikal, panduan bertahan hidup, buku rekening, rompi pelindung, dan alat berlatih bela diri.
"Secara umum kegiatan berlangsung kondusif dan sesuai dengan ketentuan," kata Agus.
Jaringan Neo Jamaah Islamiyah sebelumnya mencuat ketika salah seorang anggotanya tewas dalam penanganan polisi dan mengundang polemik. Dia adalah Siyono, yang disebut sebagai orang penting di organisasi tersebut.
Jaringan ini dinilai lebih terstruktur dan berbahaya dibandingkan dengan sel Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang beroperasi di Indonesia. Selain itu, kelompok diduga mempunyai persenjataan lengkap dan berpotensi memberontak.
Kelompok ini berakar dari Jamaah Islamiyah, gerakan radikal yang berpusat di Asia Tenggara dan diyakini bertanggungjawab atas sejumlah serangan teror di awal 2000-an.
Sejumlah tokoh pentolannya sudah ditangkap dan diadili. Saat ini, jaringan tersebut diduga dijalankan oleh sisa-sisa anggota yang sempat terpecah di masa lalu.
(rdk)