Neoteroris Magetan: Pabrik Senjata dan Atensi Internasional

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Rabu, 26 Okt 2016 17:19 WIB
Setelah para pentolannya ditangkap, para pemuda yang tersisa membangun dan membentuk Neojamaah Islamiyah yang diduga lebih berbahaya.
Personel Brimob menjaga rumah terduga jaringan teroris, Gatot Witono saat dilakukan penggeledahan oleh tim Densus 88, di Magetan, Jawa Timur, Selasa (25/10). (ANTARA FOTO/Siswowidodo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Polri mengungkapkan Gatot Witono alias Sabarno, buron teroris Neojamaah Islamiyah yang ditangkap di Magetan, Jawa Timur, berhubungan dengan sel Bravo Klaten. 

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, Rabu (26/10), mengatakan penangkapan Gatot adalah hasil pengembangan dari kasus sebelumnya yang melibatkan Choirul Amin alias Bravo.

Catatan CNNIndonesia.com, Bravo ditangkap akhir 2015 lalu di Mojokerto, Jawa Timur, karena diduga terlibat dengan pabrik senjata yang ditemukan di Klaten, Jawa Tengah. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pabrik itu adalah bagian dari persiapan kelompok teror untuk memberontak kepada pemerintah yang mereka nilai 'thaghut'. Mereka berakar dari jaringan Jamaah Islamiyah yang bertanggungjawab atas serangkaian teror di awal abad ini.

Setelah para pentolannya ditangkap aparat, para pemuda yang tersisa membangun kembali jaringan yang sempat tercerai berai dengan membentuk Neojamaah Islamiyah.

"Ini berkaitan kelompok teror yang beberapa waktu lalu tertangkap di Klaten, Jawa Tengah, pada umumnya. Jadi tersangka terdahulu yang terkait kelompok ini adalah Bravo ini," kata Boy di Markas Besar Polri, Jakarta.

Sel ini juga terkait dengan Siyono yang belum lama ini meninggal saat diperiksa polisi dan menimbulkan polemik. Siyono diyakini Kepolisian sebagai petinggi kelompok teror yang bertanggungjawab atas pabrik senjata tersebut.

Siyono diincar setelah polisi mendapat keterangan dari seorang teroris lain bernama Awang. Dia ditangkap di Temanggung, Jawa Tengah, awal 2016.

Sementara Gatot, yang menurut Boy hingga kini masih diperiksa di Kepolisian Jawa Tengah, telah diketahui berperan sebagai pengelola logistik kelompok tersebut setelah Siyono ditangkap.

"Kami melakukan pengejaran masalah logistik karena dikhawatirkan, ada yang ditemukan di tempat di hasil penggeledahan itu, berkaitan dengan persiapan untuk jadi bom rakitan," kata Boy.

Di kediaman Gatot yang digeledah beberapa saat setelah penangkapan, memang ditemukan barang-barang yang berpotensi dirangkai jadi bom. Di antaranya adalah pipa-pipa, bahan peledak dan benda-benda yang bisa dirangkai menjadi detonator.

"Karena logistiknya jenis berbahaya, bukan barang yang umumnya terkait dengan kejahatan lain. Tapi terorisme selalu kaitannya dengan senjata api, bahan peledak, peluru, pistol rakitan dan sebagainya," ujar mantan Kapolda Banten itu.

Boy juga mengatakan, polisi masih menelusuri dari mana jaringan mendapatkan aliran dana sehingga bisa mengadakan logistik pengancam keamanan seperti itu.

Jaringan Neojamaah Islamiyah diyakini polisi lebih berbahaya dibandingkan Jamaah Ansharu Daulah yang berkaitan dengan Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS. Kelompok ini disebut lebih terstruktur dan mempunyai persenjataan lebih lengkap.

Bahkan, keberadaan kelompok ini juga menarik atensi internasional. Penangkapan Bravo dan kawan-kawan, akhir 2015 lalu, adalah buah peringatan dari Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat dan Kepolisian Australia.

Selain Bravo, turut ditangkap juga Indraji yang kedapatan memiliki pupuk urea, paku, gotri, switching, parang, parafin, buku-buku panduan merakit bom, serta sebuah peta daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Tidak ditemukan bom di lokasi tersebut.

Saat itu, Indonesia juga sedang dalam siaga satu terorisme. Alasannya, ada instruksi dari Timur Tengah untuk melakukan aksi teror seperti di Paris, Perancis.

Sialnya, informasi yang menyebut serangan akan dilakukan pada Natal 2015 atau pergantian tahun ke 2016, masih belum bisa mencegah para teroris beraksi.

Meski polisi sudah melakukan serangkaian penangkapan jelang tahun baru, ledakan bom dan penembakan tetap terjadi di Thamrin, Jakarta, pada 15 Januari 2016.

Serangan itu diyakini atas instruksi dari Bahrun Naim, petinggi ISIS yang diduga berada di Raqqa, Suriah. Meski dinilai tidak sekuat jaringan Neo Jamaah Islamiyah, kelompok teror tersebut hingga saat ini masih aktif bergerak di Indonesia. (rel/obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER