Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo menanggapi santai kritikan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengenai kinerja aparat intelijen. SBY sebelumnya meminta intelijen tidak secara serampangan menganalisis isu di balik rencana unjuk rasa terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
"Yang namanya manusia, kadang-kadang bisa benar, bisa enggak benar. Bisa
error, bisa enggak
error," kata Jokowi sembari tertawa di Beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (3/11).
Secara umum, Jokowi menerima semua saran dan kritik yang diberikan SBY, Selasa lalu. Menurutnya, presiden keenam itu memberikan masukan agar pemerintah dapat berjalan di rel yang benar.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, informasi personel intelijen dan yang diterima SBY bisa saja berbeda. Ia mendorong seluruh pihak untuk menyaring kabar yang beredar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin yang ditangkap Pak SBY berbeda. Analisis kami juga beda. Tapi itu biasa saja," tuturnya.
JK menuturkan, SBY kerap memanfaatkan informasi intelijen selama 10 tahun memimpin Indonesia. JK yang merupakan wakil presiden pada era kepemimpinan SBY di jilid pertama berkata, intelijen adalah mata dan telinga kepala negara.
Informasi intelijen, kata JK, dikumpulkan untuk mengantisipasi peristiwa yang dapat berdampak negatif bagi negara.
SBY sebelumnya berpendapat, intelijen gagal menjalankan tugasnya apabila memberikan informasi yang keliru kepada pimpinan negara.
Ia mendesak badan intelijen tak secara sembarangan melemparkan tudingan kepada tokoh negara atau partai politik tertentu sebagai dalang di balik unjuk rasa besar.
(abm/sur)