Jakarta, CNN Indonesia -- Sidang Umum Interpol ke-85 di Bali akan membahas bagaimana cara penegak hukum menghadapi ancaman penyebaran paham radikal dan terorisme yang menyebar lewat internet.
Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock Soal mengatakan, permasalahan terorisme di Indonesia maupun di seluruh dunia sudah semakin rumit seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin memudahkan penyebaran paham radikal.
"Berhubungan dengan teroris, jaringan dalam bentuk yang modern merupakan masalah juga bagi penegak hukum," kata Stock saat pembukaan sidang, Senin (7/11).
Sementara itu Presiden Interpol Mireille Balestrazzi mengatakan terorisme adalah salah satu di antara banyak tantangan yang dihadapi Interpol. Terlebih, belakangan terorisme telah menyerang di lebih banyak tempat daripada biasanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang, Interpol tetap berkomitmen, kami tetap menghadapi tantangan dengan peralatan yang laik untuk mengatasi terorisme," ujar Balestrazzi.
Ia juga mengapresiasi kepolisian dan masyarakat Indonesia yang ia sebut telah bekerja dengan baik dalam penanggulangan terorisme.
"Di waktu yang singkat ini saya ingin mengucapkan selamat kepada warga Indonesia yang telah mengatasi masalah ini (terorisme) di negaranya," ujarnya.
Rangkaian sidang yang dilaksanakan mulai 7 hingga 10 November ini berjalan tertutup untuk publik. Saat ini sesi sidang pleno sudah berjalan dan hasilnya akan disampaikan setelah selesai.
Indonesia adalah negara yang sempat diserang bertubi-tubi oleh kelompok teroris, terutama pada awal 2000-an. Merespons hal tersebut, pemerintah membentuk instrumen untuk menjerat terorisme, termasuk regulasi dan penegakan hukum di bawah Kepolisian, yakni Detasemen Khusus 88 Antiteror.
Dari tahun ke tahun Polri telah menangkap sejumlah tersangka teroris dari mulai pucuk pimpinan hingga ke akarnya. Namun, masalah ini, meski sudah jauh mereda, tidak pernah sepenuhnya tuntas.
Serangan besar terakhir terjadi pada awal 2016 ini, ketika penembakan dan peledakan bom terjadi di pusat Jakarta. Serangan yang terjadi di bilangan Thamrin itu diyakini digagas Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
(wis/wis)