Badung, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mengklaim jumlah warga Indonesia yang bergabung ke kelompok teror di luar negeri (
foreign terrorist fighter/FTF) tidaklah banyak. Data tersebut dipaparkan pada sesi jumpa pers Sidang Umum Interpol ke-85.
"Pendukung maupun FTF di ISIS atau Jabhat Al Nusra dari Indonesia lebih sedikit dibandingkan dari Eropa," kata Deputi Kerja Sama Internasional BNPT Inspektur Jenderal Petrus Golosse, di Badung, Bali, Rabu (9/11).
Petrus berkata, data Polri dan Interpol menunjukkan angka yang sama. perbandingan yang sama. Namun ia menyatakan, fenomena tersebut bukan berarti penanggulangan terorisme akan mudah dijalankan.
Untuk mencegah WNI bergabung dengan FTF, kata Petrus, pemerintah memperketat proses keimigrasian. Ia menuturkan, BNPT juga bekerja sama dengan sejumlah negara agar WNI yang pulang ke Indonesia tidak melakukan aksi teror di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petrus berkata, deportasi dan deradikalisasi merupakan dua program lain yang difokuskan pemerintah.
Namun, Petrus menyebut pemerintah tetap mengalami kendala untuk mengidentifikasi WNI yang berangkat ke luar negeri untuk tujuan turisme maupun bergabung ke ISIS.
"Tapi banyak sekali perjalanan turis, misalnya ke Turki. Di Turki banyak jalur masuk ke Suriah," kata Petrus.
Kementerian Hukum dan HAM bekerja sama dengan Interpol dalam pengecekan orang-orang yang diduga terkait dengan kejahatan lintas negara. Direktur Kerja Sama Keimigrasian pada Direktorat Jenderal Imigrasi, Asep Kurnia.
Asep mengatakan, melalui aplikasi I-24/7, Imigrasi dapat mengakses informasi Interpol dari seluruh dunia. Imigrasi dan Divisi Hubungan Internasional Polri telah menandatangani kerjasama tersebut.
"Aplikasi ini bisa mendeteksi khususnya untuk data pemegang paspor yang hilang, juga mereka yang dicari oleh negara-negara," kata Asep.
Terkait masalah WNI di Timur Tengah, Asep mengatakan imigrasi bekerja sama dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri untuk mendeteksi orang-orang yang datang dari zona konflik.
"Jadi memang sudah ada beberapa yang kepulangannya diketahui," ujarnya.
(abm/obs)