Semarang, CNN Indonesia -- Setelah melakukan aksi jalan kaki selama lima hari lima malam, ratusan warga Pegunungan Kendeng tiba di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis petang (8/12).
Kedatangan ratusan warga yang menolak pendirian pabrik Semen Rembang itu disambut sejumlah aktivis dan pegiat lingkungan hidup serta tokoh lintas agama di perbatasan Demak-Semarang.
Tokoh Umat Katolik Semarang, Romo Aloysius Budi menghibur dan memberi semangat warga dengan memainkan alat musik saksofon saat beristirahat di batas kota Demak-Semarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami aktivis lintas agama dan lingkungan hidup salut kepada perjuangan warga Kendeng yang tak kenal lelah. Ini bentuk dukungan kami untuk terus mendampingi mereka mempertahankan alam Pegunungan Kendeng," ujar Romo Aloysius Budi kepada CNNIndonesia.com.
Tak berselang lama, warga pun melanjutkan perjalanannya menuju Kota Semarang meski dengan kaki yang lecet. Mereka akan bermalam di area Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) untuk beristirahat.
Besok Jumat (9/12), warga akan mendatangi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menuntut agar segera mematuhi hukum menjalankan putusan Mahkamah Agung (MA) yang telah mencabut izin lingkungan pabrik semen milik PT.Semen Indonesia di Rembang.
Gubernur Jawa Tengah dan PT.Semen Indonesia adalah pihak yang digugat warga terkait gugatan izin lingkungan dan Amdal Semen Rembang, sehingga tidak ada alasan lagi Gubernur Jateng dan PT.Semen Indonesia untuk tetap mempertahankan pabrik Semen di Rembang.
"Kami jalan kaki dari Rembang-Semarang ini bentuk gerakan moral kami mengawal putusan MA. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tidak perlu lagi berkelit atau berkelakar untuk tidak menjalankan sebuah putusan hukum," ungkap Kordinator warga, Joko Prianto.
Sampai hari ini pabrik Semen Indonesja masih nekat dan ngotot untuk terus beroperasi di Rembang. PT. Semen Indonesia sendiri tengah melakukan berbagai upaya untuk tetap mempertahankan pabriknya lewat jalur Parlemen di DPR maupun Pemerintah Pusat.
(gil)