Kapolri Sebut Pola Operasi ISIS di Indonesia Serupa Al-Qaeda

Abraham Utama | CNN Indonesia
Kamis, 22 Des 2016 15:28 WIB
Al-Qaeda manfaatkan JI untuk teror Indonesia, sementara ISIS menggunakan JAD. Mereka dipimpin tokoh sentral dan penghubung pelaku lapangan.
Aman Abdurrahman (tengah) ketika menunggu persidangan di Jakarta, Agustus 2010. (REUTERS/Dadang Tri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian menyebut, pola kerja ISIS di Indonesia mirip dengan yang dijalankan Al-Qaeda pada dekade 1990 hingga 2000-an. Dua organisasi teror itu memiliki operator dan tokoh yang menghubungkan mereka dengan aktor lapangan alias pengantin.

Tito menuturkan, operator Al-Qaeda adalah Jamaah Islamiyah (JI) pimpinan Abu Bakar Baasyir. Peran penghubung saat itu dijalankan Hambali alias Encep Nurjaman.

Merujuk kajian Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang disusun David Gordon dan Samuel Lindo,JI ketika itu mempunyai tiga tokoh sentral yang bergerak di luar struktur organisasi: Noordin Mohammad Top, Umar Patek, dan Dulmatin alias Djoko Pitono.
Baasyir dan Hambali kini berada di penjara. Baasyir mendekam di Lembaga Pemasyarakatan di Nusakambangan, Jawa Tengah. Sementara itu, Hambali menjadi tahanan Guantanamo, penjara khusus pemerintah Amerika Serikat untuk pelaku kejahatan kelas kakap.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun Noordin Top dan Dulmatin telah meregang nyawa. Noordin tewas pada baku tembak dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror di Solo, September 2009.

Enam bulan kemudian, Dulmatin juga tewas ditembak pasukan khusus Polri di sektor terorisme. Ia melawan kala digrebek di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

Nasib berbeda dijalani Umar Patek. Setelah bebas dari pemidanaan akibat aksi terornya, ia meyumbang banyak informasi untuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Sekarang polanya sama. Ada ISIS, operatornya JAD (Jamaah Anshar Daulah) dengan Aman Abdurrahman yang memiliki banyak sel. Di tengahnya ada Bahrun Naim, Bahrum Syah dan Salim Mubarok," kata Tito di Jakarta, Rabu (21/12) malam.

Aman alias Oman Rachman kini tengah menjalani masa pemidanaan di Nusakambangan. Pada 2010, ia divonis penjara selama sembilan tahun karena membantu pelatihan militer di Pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam.

Majelis hakim menyatakan Aman terbukti memberikan uang sebesar Rp20 juta dan US$100 kepada Dulmatin agar pelatihan itu dapat terselenggara.
Sementara itu, tiga tokoh penghubung JAD dan pelaku teror lapangan masih menghirup udara bebas.

Bahrun Naim pernah dipenjara karena kepemilikan senjata api. Tahun 2011 Pengadilan Negeri Surakarta menjatuhkan pidana penjara selama 2,5 tahun kepadanya.

Saat ini kepolisian belum menangkap Bahrun yang berkali-kali disebut bertanggung jawab atas aksi teror di Jalan MH Thamrin, Jakarta, dan memimpin sel-sel kelompok teror yang diciduk Densus 88 di berbagai wilayah.

Muhammad Bahrun Naim saat menjalani sidang di Pengadilan Negeri Solo, 21 Februari 2011. (ANTARA FOTO/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)Muhammad Bahrun Naim saat menjalani sidang di Pengadilan Negeri Solo, 21 Februari 2011. (ANTARA FOTO/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)
Bahrumsyah alias Abu Muhammad al-Indonesi dan Salim Mubarok alias Abu Jandal juga belum ditangkap kepolisian. Kabar yang beredar pernah menyebut keduanya telah tewas, namun Polri belum pernah secara pasti membenarkan informasi tersebut.

"Salim kabarnya sudah tewas, tapi masih kami mengkonfirmasi itu," tutur Tito.
(abm/rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER