Fenomena Fitsa Hats dan Kompetensi Penyidik dalam Pemeriksaan

Priska Sari Pratiwi | CNN Indonesia
Minggu, 08 Jan 2017 15:45 WIB
Mantan Komisioner Kompolnas Edi Hasibuan menyebut banyak reserse yang belum menempuh pendidikan maksimal hingga tingkat sarjana.
Sekjen DPD FPI Jakarta Novel Bamukmin saat memberikan keterangan pers saat tiba di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (5/1). Antara Foto/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Frasa Fitsa Hats mendadak ramai diperbincangkan usai Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama menyinggungnya di hadapan publik.

Sindiran soal Fitsa Hats menjadi viral di media sosial. Sejumlah netizen bahkan membuat meme tulisan Fitsa Hats dengan logo yang menyerupai restoran aslinya, Pizza Hut.

Pelesetan kata Fitsan Hats itu pertama kali meluncur dari mulut Ahok, sapaan Basuki, usai sidang kasus dugaan penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, dengan agenda pemeriksaan saksi, Selasa (3/1). Salah satu saksi adalah Sekretaris Jenderal Front Pembela Islam (FPI) DKI Novel Chaidir Hasan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahok menyindir Novel sengaja memelesetkan Pizza Hut menjadi Fitsa Hats dalam daftar riwayat hidup yang tercantum di Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Ia menduga Novel malu mengakui pernah bekerja di sebuah perusahaan asal Amerika Serikat itu.
Merasa difitnah, Novel pun melaporkan Ahok ke Polda Metro Jaya pada 5 Januari 2017 dengan tuduhan pencemaran nama baik. Laporan itu telah diterima dengan nomor LP/55/I/2017/PMJ/Dit Reskrimsus tertanggal 5 Januari.

Novel menyertakan barang bukti berupa rekaman saat Ahok mengatakan, "Ada satu saksi yang namanya Habib Novel yang merasa malu bekerja di Pizza Hut milik Amerika Serikat sehingga sengaja mengubah kata Pizza Hut menjadi Fitsa Hats" dan fotokopi berita di beberapa media online.

Novel menyebut kesalahan itu tidak terletak padanya tapi pada penyidik yang mengetik BAP bernama Ajun Komisaris Tarmadi.

"Memang kebetulan, yang ketik ini AKP Tarmadi. Dia ini kan sudah mendekati masa pensiun yang enggak paham tulisan Pizza Hut itu bagaimana, pokoknya bunyinya begitu," kata Novel saat menyerahkan laporannya ke polisi.
Penulisan daftar riwayat hidup di BAP diakui kerap menimbulkan permasalahan. Sejumlah netizen di Twitter sempat mengeluhkan bahwa polisi kerap asal-asalan menerima laporan mereka. Polisi juga dianggap tak jeli saat menuliskan laporan dalam BAP.

Salah satu selebriti, Pandji Pragiwaksono, pada 3 Januari lalu sempat mengeluh di akun twitternya, "Jangankan polisi yg ngetik BAP "fitsa hats", pas rumah gue kemalingan polisinya mau ngetik "Pandji" aja nyari huruf "P" di keyboard lama banget."

Pandji dalam cuitannya berusaha menunjukkan bahwa polisi masih lamban dan tak teliti dalam menuliskan laporan.
Selain Pandji, ada pula pengguna media sosial yang tak hanya memperhatikan kesalahan ejaan Fitsa Hats dalam penulisan di BAP milik Novel.

Kesalahan penulisan ini juga ditemukan pada riwayat pendidikan Novel yakni politeknik yang ditulis menjadi politehnik, attahiriyah yang menjadi atahiriah, asy syafi'iyah yang menjadi asaviiyah, dan ekspor yang menjadi ekport.

Lain halnya dengan netizen yang memiliki akun twitter bernama Tony Wibowo. Alih-alih salah eja, netizen ini menyindir Novel yang memang salah mengucapkan Pizza Hut. "Habib Novel ompong sih, jadi pizza bilang fitzzza."
Dugaan kesalahan polisi saat mengetikkan laporan dalam BAP diakui oleh mantan Komisioner Kepolisian Nasional (Kompolnas) Edi Hasibuan. Ia  mengatakan, polisi memang kerap tak teliti dalam menuliskan laporan dalam BAP. Faktor pendidikan, menurutnya, menjadi salah satu hal yang berpengaruh dalam penulisan di BAP.

"Masih banyak reserse yang belum mendapatkan pendidikan maksimal. Kan ada aturannya, reserse paling tidak harusnya sarjana," kata Edi kepada CNNIndonesia.com.

Edi menyebut jenjang pendidikan minimal sarjana penting untuk menyeimbangkan latar belakang pendidikan aparat penegak hukum lainnya seperti jaksa dan hakim yang juga berlatar belakang sarjana. Namun dalam kasus ini, Edi mengaku tak mengetahui latar belakang pendidikan penyidik yang mengetikkan BAP Novel.

Di sisi lain, Edi tak bisa menampik kemungkinan kesalahan itu berasal dari Novel yang salah ucap. Sebagai terperiksa, kata dia, Novel mestinya mengecek kembali tulisan di BAP sebelum membubuhkan paraf atau tanda tangan sebagai bentuk persetujuan.

"Kita kan tidak tahu juga kesalahannya di mana. Mungkin Novel memang minta tulisannya seperti itu, ya kita kan enggak tahu juga," kata Edi.
Polisi sebelumnya juga menegaskan bahwa proses pembuatan BAP Novel dilakukan sesuai prosedur. Hasil pemeriksaan itu mestinya dibaca ulang sebelum dibubuhi paraf dan tanda tangan oleh yang bersangkutan.

Jika penyidik menemukan kekeliruan dalam penulisan, Novel sebagai terperiksa bisa langsung mengoreksi sebelum menandatanganinya. Apabila sudah ditandatangani, artinya terperiksa setuju dengan isi BAP dan tak dapat mengubahnya kembali.

Menurut Edi, kata Fitsa Hats sedianya tak menjadi hal yang substansial untuk diperkarakan. Namun, ia menilai wajar jika pihak yang tengah berperkara seolah mencari kesalahan dari BAP. Dalam proses perkara, keterangan dalam BAP akan selalu menjadi target kelemahan dari salah satu pihak.

"Dalam permasalahan hukum itu biasa mencari-cari kelemahan, termasuk kelemahan penyidik. Jangankan kesalahan kata, koma titik pun juga pasti dicari (kesalahannya)," kata dia.
(gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER