Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius menyatakan lebih dari 50 persen Warga Negara Indonesia (WNI) yang dideportasi dari Turki karena diduga terlibat jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah orang-orang berpendidikan tinggi.
"Sebagian besar, di atas 50 persen
well educated," kata Suhardi saat ditemui usai kunjungannya bersama Kementrian Sosial di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Senin (6/2).
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa juga mengatakan hal serupa. Khofifah menyebut para WNI yang tersangkut masalah di negara-negara konflik adalah orang-orang yang punya latar belakang pendidikan yang beragam.
"Ada yang pakar IT, (berlatar pendidikan) fisika, keuangan. Latar pendidikan mereka rata-rata
well educated," kata Khofifah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BNPT bersama Kemensos dan Densus 88 mengunjungi 75 WNI yang dideportasi oleh otoritas Turki karena diduga hendak bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah.
Plh Kepala PSMP Handayani Sulistya Ariadhi mengatakan, total 52 WNI telah dipulangkan ke Indonesia selama rentang 23-26 Januari, sementara 23 orang sisanya tiba dalam rentang 3-5 Februari.
Para WNI terduga ISIS itu tidak hanya dideportasi dari Turki, tetapi ada juga WNI yang dipulangkan dari Jepang dan Singapura.
"Tanggal 3-5 Februari 20 orang, (19 dari Turki) termasuk 1 dari Jepang. Semalam (5/2) ada tiga orang dari Singapura," kata Sulistya.
Khofifah menjelaskan, 75 WNI yang diduga berafiliasi dengan ISIS ini terdiri dari 41 dewasa (24 perempuan dan 17 laki-laki) dan 34 anak-anak. Sebagian besar dari mereka berasal dari Jawa Timur. Banyak dari mereka memiliki hubungan keluarga.
"Kakek, nenek, anak dan cucu. Ada yang nenek, anak dan cucu, juga suami-istri," kata dia.
Selidiki motif kepentingan WNI di SuriahKepala BNPT Suhardi Alius menyatakan pihaknya kini masih mendalami soal latar belakang atau motivasi para WNI hijrah ke Suriah.
"Mereka memang ingin hijrah dan sebagainya, dengan suasana baru. Namun ternyata belum bisa sampai ke sana," kata Suhardi.
Sebagai bentuk penanganan sementara, 75 WNI ini akan dikarantina selama dua sampai tiga pekan sebelum dipulangkan ke daerah masing-masing. Pihak BNPT, kata Suhardi, akan mendatangkan ahli psikologi, ahli agama serta menyiapkan segala fasilitas yang menunjang kebutuhan para WNI.
"BNPT melibatkan unsur ulama dari NU, Muhammadiyah, Dewan Masjid untuk bisa bantu memberi pencerahan. Program deradikalisasi juga dimuatkan," kata Suhardi.
Suhardi mengatakan kemungkinan masih akan ada proses deportasi lanjutan karena kondisi di Suriah masih terjadi konflik dan pemerintah Turki tidak mengizinkan siapapun masuk ke daerah tersebut.
"Kemungkinan akan ada deportasi-deportasi lain," kata Suhardi.
Sementara itu, Kepala Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Ignatia Sri Wuwuh mengungkapkan para WNI berterima kasih bisa berada di panti dan berniat kembali ke kampung halaman mereka.
"Mereka ingin segera kembali ke kampung halaman," ungkap Ignatia.
(gil)