'Kalau Air Seleher, Kami Baru Geser'

CNN Indonesia
Selasa, 21 Feb 2017 18:11 WIB
Masyarakat mulai kecewa karena proyek normalisasi sungai di Jakarta tak mengatasi banjir.
Petugas menembus seorang ibu melintasi banjir. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak pukul 05.00 WIB, Yaya bergegas menyiapkan barang dagangan yang akan digelar di depan Masjid Jama Hayatul Amal, Jalan Kampung Melayu Kecil, Jakarta Selatan. Sejak tiga tahun belakangan, Yaya, 45 tahun, berjualan makanan ringan.

Namun, hujan di luar semakin deras dan tak ada tanda-tanda segera reda. Yaya melongok keluar rumah, air mulai mengenang di depan pintu rumahnya.

Beberapa saat kemudian separuh isi rumah Yaya terkena air banjir luapan kali Ciliwung. "Semua kena. Perabotan penuh air dan lumpur," kata Yaya ketika berbincang dengan CNNindonesia.com, Jakarta, Selasa (21/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banjir membuat Yaya urung berdagang dan kehilangan penghasilan hariannya sebesar Rp100-120 ribu. Ketika ditemui CNNIndonesia.com Yaya sedang menepi ke daratan tinggi sembari menunggu air menyusut dari rumahnya.
Bukan hanya Yaya yang menjadi korban banjir di kawasan itu. Berdasarkan penelusuran CNNindonesia.com di kawasan itu banjir terjadi di beberapa wilayah rukun tetangga (RT) yakni 10, 11, 12 dan 15. Tinggi air menggenang hampir sepinggang orang dewasa pada siang tadi.

Romah (54) salah seorang tokoh masyarakat di RW 10 RT 12 mengatakan, salah satu penyebab banjir diduga berasal dari pembangunan tanggul proyek normalisasi Kali Ciliwung yang baru setengah jadi. Air meluap hingga ke rumah-rumah warga.

"Di Bukit Duri sebelah sudah jadi tanggulnya. Di lingkungan sini baru setengah jadi," kata Romah.

Romah mengatakan air sudah tiga kali naik dalam sepekan ini. Warga menurut dia masih bertahan hingga keadaan ditetapkan siaga tiga. Untuk sementara warga disebutnya masih mengandalkan rumah mereka yang berlantai dua.

"Ini mah belum seberapa. Kalau air sudah seleher baru geser," kata Rohmah.

‘Kalau Air Seleher, Kami Baru Geser’Banjir membuat anak-anak tetap bermain. (CNN Indonesia/Marselinus Gual)
Kawasan tempat tinggal Rohmah dan Yaya tidak termasuk dalam proyek relokasi ke Rusunawa Rawa Bebek, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Romah mengatakan ia dan warga lainnya tidak terkena penggusuran 2016 karena tempat tinggalnya terhitung jauh dari kali Ciliwung.

"Kami memiliki sertifikat dan pemilik asli tanah ini turun-temurun. Kalau yang mengungsi itu rata-rata pendatang dan kebanyakan mengontrak di sini," jelas Romah.

Menghadapi banjir yang mungkin akan terjadi lebih besar lagi, Romah mengatakan lingkungannya setiap tahun sudah memiliki Posko Bencana. Posko ini sekaligus menjadi pusat pengobatan masyarakat yang menjadi korban banjir.

"Biasanya kami siagakan Posko Bencana dan alat keruk air (peralatan untuk mengurangi volume air dengan cara mengeruk selokan dan sebagainya)," jelas Romah.
Saat ini posko belum dibuka karena kondisi banjir belum dianggap masuk ke tahap yang mengkhawatirkan. Namun, masyarakat mulai resah karena proyek normalisasi sungai yang diandalkan pemerintah belum membuat mereka terhindar dari banjir tahunan.

"Katanya kalau sudah dikeruk gak bakal banjir lagi. Pak Djarot (Wakil gubernur DKI Djarot Syaiful Hidayat) kemarin bilang ini bukan banjir tapi air tergenang. Emang ini bukan banjir apa!" seru Romah dengan nada ketus.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER