Jakarta, CNN Indonesia -- Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar diprediksi bakal saling bertarung di Pemilihan Gubernur Jawa Barat yang berlangsung tahun depan.
Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan dari Universitas Padjajaran, Muradi menyebut ketiga tokoh itu kemungkinan besar akan diusung oleh partai politik karena memiliki popularitas yang tinggi.
Berdasarkan afiliasi politik ketiga tokoh itu, Muradi kemudian memetakan dukungan politik yang akan didapat oleh Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan Deddy Mizwar.
"Dalam rabaan saya, Ridwan Kamil diusung NasDem, PDIP, PKB, PPP, dan Hanura. Dedi Mulyadi maju bersama Golkar dan Deddy Mizwar diusung oleh Gerindra dan PKS. Demokrat dan PAN mungkin saja membentuk poros lain, atau bergabung ke salah satu poros yang sudah ada," kata Muradi kepada CNNIndonesia.com, Senin (20/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muradi juga meyakini ketiga tokoh tersebut memiliki tingkat elektabilitas yang sama-sama tinggi dan tidak terpaut jauh. Karena itu, menurut dia, kans memenangkan Pilgub Jabar akan bergantung pada perilaku pemilih di Jawa Barat.
Muradi melanjutkan, ada lima kluster di Jawa Barat yang setiap klusternya memiliki pemilih dengan karakteristik berbeda. Dedi menyebut dua kluster sebagai contoh.
Kluster pertama terdiri dari wilayah Bandung Kota, wilayah sub urban seperti Kota Bogor dan Bekasi. Kluster kedua terdiri dari wilayah di sekitar Pantai Utara (Pantura) dan Bandung Timur.
"Kalau merujuk pada hasil Pilpres lalu, karakteristik utama pemilih di Jawa Barat cenderung adalah tokoh yang dianggap religius dan anti Jokowi. Kecenderungan itu masih ada sampai sekarang, terutama di kluster pertama. Saya pikir ini jadi hal penting," kata Muradi.
Pada kluster pertama, menurut Muradi, sosok yang populer dan memiliki elektabilitas tinggi adalah tokoh yang dianggap religius dan berafiliasi dengan partai seperti Gerindra dan PKS. Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar menjadi sosok yang lebih diunggulkan ketimbang Dedi Mulyadi.
Sedangkan Dedi Mulyadi disebut kuat di kluster kedua di kawasan Pantura dan Bandung Timur. "Pengecualian ada di wilayah Tasikmalaya," ujarnya.
Isu AgamaMenurut Muradi, Dedi Mulyadi harus berjuang keras untuk merebut ceruk suara di wilayah Bandung Raya dan sub urban lantaran terlanjur dilihat oleh masyarakat sebagai sosok yang ingin mengintegrasikan agama dan kebudayaan Sunda.
"Ini jelas berbeda dengan karakteristik keagamaan masyarakat Jawa Barat yang cenderung Arab Sentris," kata Muradi.
Citra yang demikian, lanjut Muradi, terbentuk karena kesalahan Dedi dalam membingkai dirinya. Muradi menyebut strategi pencitraan Dedi selama ini lebih terfokus pada aspek kebudayaan.
"Jadi masyarakat melihatnya lebih sebagai budayawan, bukan sebagai pemimpin. Tapi Pilgub masih jauh. Dedi punya cukup waktu mengubah strateginya untuk meyakinkan publik," ujar Muradi.
Hal senada diungkapkan pengamat politik Idil Akbar. Menurutnya, kerja politik dari para calon, terutama para penantang Ridwan Kamil, harus dilakukan secepat mungkin.
Strategi yang perlu dilakukan untuk meraih dukungan atau mendongkrak elektabilitas adalah dengan menanamkan pengaruh politik dan membangun motif politik yang positif di tengah masyarakat Jawa Barat.
Idil tak memungkiri besarnya pengaruh agama dalam Pilgub Jawa Barat. Dia menilai preferensi politik masyarakat Jawa Barat masih terkait dengan faktor sosial, terutama keagamaan.
Meski demikian, Idil mengingatkan para para calon penantang Kang Emil untuk tidak melupakan strategi-strategi yang terkait dengan program kerja.
"Karena tingkat rasionalitas pemilih Jabar juga cukup tinggi. Mereka melihat tokoh yang bisa memperbaiki kondisi Jabar secara keseluruhan terutama terkait, kesejahteraan, kemakmuran, lapangan kerja," kata Idil.