Dijaga Polisi, Pembangunan Gereja Santa Clara Tetap Berlanjut

CNN Indonesia
Jumat, 24 Mar 2017 22:28 WIB
Puluhan polisi masih berjaga di sekitar area bangunan Gereja St.Clara, dua jam setelah massa yang menolak pembangunan gereja itu membubarkan diri.
Puluhan polisi masih berjaga di sekitar area bangunan Gereja St.Clara, dua jam setelah massa yang menolak pembangunan gereja itu membubarkan diri. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan anggota Polres Metro Bekasi Kota masih berjaga-jaga di sekitar areal bangunan Gereja St. Clara, Bekasi Utara, berselang dua jam setelah massa yang menolak pembangunan tempat ibadah itu membubarkan diri.

Suasana lengang, hanya terdengar canda dari para anggota yang berjaga. Seorang anggota polisi yang enggan menyebutkan namanya mengaku penjagaan ini hanya memastikan keadaan sudah kembali normal.

"Sudah bubar dari tadi pukul 17.00 WIB," katanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (24/3). 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemimpin Gereja St Clara Bekasi, Raymundus Sianipar, mengajak semua umat untuk tetap tenang. Dia berharap akan ada jalan yang bisa mempertemukan kedua belah pihak untuk membahas masalah ini.

"Peristiwa ini jadi pelajaran bagi kami untuk tetap beradaptasi dengan warga sekitar. Mungkin ada cara yang lain untuk melakukan pendekatan supaya orang luar ngerti jika proses ini sudah seturut UU," kata pastor asal Sumatera Utara ini. 

Raymundus mengatakan, pihaknya akan tetap melanjutkan pembangunan gereja ini. Rencananya, pada November 2017, gereja ini sudah mulai digunakan. 

"Kami komitmen lanjutan pembangunan dan tetap kondisikan dengan situasi biar pembangunan lancar," katanya. 

Mengantisipasi adanya demo susulan, Raymundus mengatakan akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Bekasi, Kepolisian, dan Forum Komunikasi Umat Beragama (FUKB). 

"Kami sadar tidak bisa jalan sendiri. Kami pun tetap mengupayakan pendekatan dengan cara-cara yang arif," kata Raymundus yang mengaku sudah bertugas selama empat tahun di gereja ini. 

Sementara itu, pengurus gereja St Clara, Rasnius Pasaribu, menyayangkan aksi demostrasi hari ini. Dia mengatakan, semua perizinan mendirikan gereja ini sudah melalui proses panjang, sesuai undang-undang yang berlaku. 

"Sangat disayangkan. Padahal kami sudah membuka ruang dialog, tapi pihak sebelah belum memberikan ruang. Kami punya legal standing dalam pembangunan gereja ini. Gereja kami tidak ilegal," kata Rasnius. 

Pendirian rumah ibadah diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 tahun 2006. Berdasarkan aturan tersebut, salah satu syarat pendirian rumah ibadah adalah rekomendasi dari Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) setempat.

Menurut Rasnius, sesuai dengan verifikasi lapangan yang dilakukan FKUB, didapatkan bukti semua persyaratan telah terpenuhi, yakni izin ke warga di lingkungan sekitar gereja St Clara minimal 60 orang serta umat minimal 90 orang.

Izin gereja St Clara pun akhirnya dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, melalui keputusan yang telah disetujui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Izin ini keluar pada 15 Juni 2015 setelah diajukan sejak tahun 2013.

“Jadi siapa bilang gereja ini ilegal?" ucapnya. 
Dijaga Polisi, Pembangunan Gereja Santa Clara Tetap BerlanjutMenurut pantauan CNNIndonesia.com, bangunan gereja St Clara yang sedang dibangun ini masih berupa kerangka kosong. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Menurut pantauan CNNIndonesia.com, bangunan gereja St Clara yang sedang dibangun ini masih berupa kerangka kosong. Material-material bangunan masih teronggok di sekitar bangunan utama. Menurut infomasi Raymundus, gereja ini berdiri di atas tanah seluas 6.500 meter persegi. 

"Jadi kalau ada informasi di luar sana yang mengatakan gereja ini bakal jadi gereja terbesar di Asia, sungguh sangat disayangkan. Kalau ini jadi, dia hanya menampung 1.000 jemaat," katanya. 

Rasnius mengatakan, gereja ini sebenarnya dibangun berdasarkan kebutuhan mendesak jemaat. Gedung ruko mereka yang berlokasi di Taman Wisma Asri Blok T No 4-6 sudah tak lagi mampu menampung 9.422 jiwa atau 2.498 kepala keluarga. 

"Saat ini ,kita hanya beribadah di ruko yang hanya bisa menampung 300 orang sehingga membeludak ke jalan raya. Sekitar 700 orang ada di jalan kalau ibadah setiap Sabtu dan Minggu. Ini ironis, dan beginilah kondisi kami yang miris saat ini," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER