Warga Deteksi Potensi Longsor Ponorogo 20 Hari Sebelumnya

CNN Indonesia
Minggu, 02 Apr 2017 16:19 WIB
Keretakan tanah di lokasi longsor dilaporkan mulai terlihat sejak 11 Maret lalu. Sejumlah warga bahkan telah melaporkan keretakan itu kepada kepolisian.
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (2/4). (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, telah memprediksi potensi longsor sekitar 20 hari sebelum bencana terjadi pada Sabtu (1/4). Sejumlah warga bahkan telah melaporkan keretakan tanah di sekitar lokasi longsor kepada aparat kepolisian.

“Pemerintah Kabupaten Ponorogo memang sudah dapat laporan ada bahaya longsor sejak lama, khususnya dari laporan warga mengenai keretakan dan penurunan tanah sejak 11 Maret lalu yang terus merembet hingga 31 Maret kemarin,” tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat dikonfirmasi, Minggu (2/4).

Sutopo menuturkan, keretakan tanah di lokasi longsor dilaporkan mulai terlihat sejak 11 Maret lalu. Saat itu, panjang retakan sekitar 30 sentimeter. Namun, keretakan tanah dikabarkan terus menjalar hingga 15 meter dan menyebabkan penuruan tanah di sejumlah titik pada 26 Maret.

Puncaknya pada Jumat (31/3), keretakan tanah kian membesar hingga mencapai kedalaman 20 meter. Longsor pun tak bisa terelakkan pada Sabtu pagi sekitar pukul 07.40 WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setidaknya 35 kepala keluarga terdampak bencana ini. Sebanyak 100 jiwa selamat, sementara 26 orang dilaporkan masih belum ditemukan hingga hari ini.

Tim SAR dilaporkan telah menemukan dua korban meninggal yang terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan. Mereka merupakan sepasang suami istri.

“Namun, hingga kini kami masih tunggu proses identifikasi untuk memastikan identitas kedua jenazah,” kata Sutopo.

Dia mengatakan, sejak pertengahan Maret, pemerintah setempat dibantu dengan tim SAR BPDB Kabupaten Ponorogo telah melakukan sosialisasi terkait peringatan rawan longsor di daerah itu. Sutopo menuturkan, Pemkab Ponorogo bersama pemerintah desa juga sudah memfasilitasi tempat pengungsian warga beberapa hari sebelum peristiwa terjadi.

Setiap terjadi hujan dan cuaca mendung, tambah Sutopo, pemerintah setempat juga kerap mengimbau masyarakat desa untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

“Malam hari para warga Dusun Tangkil sudah dievakuasi dari lokasi bencana. Tapi, di pagi hari memang warga banyak yang kembali ke rumah masing-masing dan tempat mereka berkebun. Sementara kejadian terjadi di pagi hari saat warga sebagian kembali ke rumah dan kebun mereka untuk berladang,” kata Sutopo.

Sekitar 1.655 personel tim SAR yang terdiri dari anggota TNI/Polri, Basarnas, dinas sosial, BPBD, dan sejumlah relawan masih berjibaku mencari korban hilang. Sutopo menyatakan, operasi pencarian korban hilang akan dilakukan hingga tujuh hari kedepan.

Namun, pencarian tim SAR tak jarang harus tertunda untuk sementara waktu akibat kondisi medan dan cuaca di lokasi bencana yang kurang mendukung.

“Tujuh hari prioritas akan kami fokuskan untuk mencari korban hilang, tapi ini bisa diperpanjang," ujarnya.

Sutopo mengatakan, sejka pukul 13.00 WIB hari ini, pencarian dihentikan sementara karena terjadi hujan lebat sehingga berpotensi memunculkan longsor susulan. Namun jika kondisi lapangan telah kondusif, tim akan kembali ke lapangan untuk melakukan pencarian.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER