Cerita Kinong Menapaki Sejarah Transportasi Publik Jakarta

CNN Indonesia
Jumat, 07 Apr 2017 08:58 WIB
Kinong bersama bemonya merupakan bagian dari penggalan sejarah Jakarta yang telah berevolusi dengan kompleksitas tata ruang dan sarana transportasi publiknya.
Sutino Hadi alias Kinong bersama bemo tuanya berusaha bertahan dengan terus berinovasi dan berkarya. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono.(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sutino Hadi alias Kinong (59) keluar rumah agak kesiangan, pagi itu, Rabu (21/3). Jam menunjuk pukul 06.15 WIB ketika Kinong memanaskan mesin bemo. Tak habis sebatang rokok, dia langsung meluncur ke pangkalan tak jauh dari Stasiun Karet, Jakarta Pusat.

Di sana 4-5 bemo sudah berderet rapi memangkal antrian jatah penumpang. Menggaet penumpang pada jam pagi tidaklah sulit. Tanpa harus berteriak atau melambaikan ajakan ke pejalan kaki, bemo lebih sering terisi dengan sendirinya.

Selain lebih praktis, bemo dipilih penumpang ketimbang ojek karena harganya. Jarak jauh-dekat dipatok Rp3.000,-. Dengan kapasitas 6-8 orang, penumpang terbiasa duduk berhimpitan hingga beradu lutut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kinong tak lama dapat giliran. "Tunggu satu lagi ya, mbak," kata dia ke penumpang yang duduk di sebelah kemudi. Bemo pun melaju tak sampai hitungan menit.
Hanya berbekal ijazah SD, mencari nafkah sebagai sopir Bemo jadi pilihan yang realistis bagi Kinong. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono.(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Kinong adalah pelaku sejarah transportasi massal di Jakarta. Bersama bemonya, dia menjelajah sudut-sudut jalan ibu kota sejak 1976.

Bemo mulai populer di Jakarta semasa Kinong masih balita. Kendaraan buatan Jepang itu diandalkan oleh Presiden Soekarno sebagai moda antar-jemput para atlet peserta olahraga Ganefo 1963.

Di Jepang, kendaraan bermerek Daihatsu Midget itu diperuntukkan sebagai moda pengangkut barang. Indonesia mengalihfungsikan kendaraan beroda tiga itu laiknya becak (ber-)motor. Istilah bemo kemudian melekat untuk mempersingkat sebutan.

Pemerintah kala itu turut meluncurkan bus Metromini sebagai penunjang operasional moda transportasi Ganefo. Namun bemo tetap diandalkan untuk trayek jangka pendek karena lebih praktis dan lincah menjangkau jalan-jalan sempit.

Popularitas bemo lantas melejit. Distribusi kendaraan meluas dan merambah ke beberapa kota seperti Bogor, Bandung, Surabaya, Malang, Padang, juga Denpasar.

Di Jakarta, bemo kemudian diandalkan sebagai angkutan umum pengganti becak. Tak jarang wisatawan domestik maupun mancanegara penasaran mencoba naik bemo.

Mulanya bemo tidak bertrayek, tapi berfungsi layaknya taksi. Trayek khusus kemudian diberlakukan dengan jalur yang tidak dilalui bus ataupun mikrolet.

Dekade 1970-1980an boleh dibilang era moncernya bemo. Sampai-sampai bemo diidentikkan dengan pelawak Warkop DKI, Dono, yang kala itu juga sedang berada di puncak masa kejayaan sebagai penghibur layar lebar.
Kinong mengais rezeki dengan bemo demi menafkahi keluarga dan tujuh putra-putrinya. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Lambat laun kota berkembang. Transportasi publik dan tata ruang Jakarta pun berevolusi. Ruang gerak bemo kian terbatas setelah Pemprov DKI melarangnya berkeliaran.

Bemo mulai ditertibkan ketika masa akhir rezim Orde Baru terbit Instruksi Gubernur No.33 Tahun 1996 tentang Peningkatan Pelayanan dari Angkutan Bemo menjadi Bus Kecil. Bemo dinilai sudah terlalu tua dan menyebabkan polusi udara.

Sejak itu, Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), serta surat izin kelaikan jalan untuk bemo tidak lagi diterbitkan.

Tak cuma dibatasi trayek dan disetop registrasi, urusan onderdil untuk kebutuhan perawatan pun terbilang langka. Pihak pabrikan tak lagi menyuplai suku cadang sejak 1980-an.

Kinong dan ratusan sopir bemo lainnya selama ini mengandalkan onderdil tiruan, tanpa bantuan bengkel. "Sopir bemo pasti bisa nyervis sendiri. Kalau enggak, pasti kami ikut bantu," kata Kinong.

Ibarat hidup segan mati tak mau, bemo bertahan dalam kondisi morat-marit bersama para pengais rezeki di baliknya.

Total bemo yang ada di Jakarta saat ini mencapai 228 unit. Hasil survei Dinas Perhubungan Jakarta kuartal akhir tahun lalu menyebut 165 di antaranya masih beroperasi di tujuh trayek.
(CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)
Pada 2007, terbit Perda Nomor 8 tentang Ketertiban Umum. Bemo dilarang beroperasi karena tergolong sebagai angkutan umum jenis empat bermesin dua tak. Aturan itu termaktub pada Pasal 2 ayat 6 beserta penjelasannya.

Pemprov DKI lantas mematok 2011 Jakarta bebas bemo. Namun target berakhir menjadi pencapaian muskil. Artefak bersejarah itu hingga kini tetap bergentayangan mengais ceceran penumpang di trayek yang tak terjamah angkutan umum lebih besar.

Sementara pagi itu bemo Kinong masih mengitari kompleks perkantoran di wilayah Kecamatan Tanah Abang, Karet-Sudirman. Pada jam pagi, penumpang kebanyakan pekerja kantor yang baru turun dari moda bertrayek panjang seperti kereta listrik, Transjakarta, mikrolet, ataupun Kopaja.

Pagi beranjak siang. Jam menunjuk pukul 10.30 WIB. Bulir keringat mulai menetes di pelipis Kinong. Orang tua berkulit legam dengan perawakan mungil itu sudah tujuh putaran mengantar penumpang.

Kinong pun pulang untuk mengambil jeda kegiatan sebelum istirahat siang.

Selanjutnya.. Kinong nyaris saja menjual bemo yang telah menafkahi hidup keluarga selama lebih dari 40 tahun...

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER