Cerita Kinong Menapaki Sejarah Transportasi Publik Jakarta

CNN Indonesia
Jumat, 07 Apr 2017 08:58 WIB
Kinong bersama bemonya merupakan bagian dari penggalan sejarah Jakarta yang telah berevolusi dengan kompleksitas tata ruang dan sarana transportasi publiknya.
Setiap pagi dan sore hari Kinong mengemudikan bemo dengan rute Karet Sudirman.
Kinong nyaris saja menjual bemonya Pada 2010. Tawar-menawar harga sudah disepakati dengan pembeli. Bukan lantaran was-was karena Pemprov DKI mau membersihkan bemo, tapi lebih disebabkan sepi penumpang.

Penumpang bemo memang selalu ada, kata Kinong, tapi kini animonya turun drastis. Belakangan, dalam sehari Kinong biasa pulang mengantongi penghasilan Rp70-100 ribu. Uang itu mesti cukup buat menghidupi keluarga dengan tujuh putra-putri.

Kinong cinta mati dengan bemonya. Bemo urung dijual karena pada saat bersamaan, dia menyanggupi tawaran proyek dari pegiat swadaya masyarakat, Henrico Salim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rico saat itu punya proyek menjadikan bemo sebagai sarana internet keliling, alias Netling. Tapi nahas di tengah jalan proyek mandek tanpa sebab yang diketahui Kinong.

Proyek kemudian berganti dengan uji coba bemo listrik. Itu pun tak berlangsung lama. Begitu dicoba di lapangan, daya mesin listrik tak kuat membawa beban banyak dan menempuh jarak jauh.

Rencana proyek-proyek itu kandas di tengah jalan. Hingga syahdan pada 2012, kolega Rico di Universitas Tarumanegara mempertemukan Kinong dengan sosiolog Imam Prasodjo. Akademisi berambut putih itu kemudian menawarkan proyek perpustakaan keliling bersaranakan bemo.

Kinong senang bersosial. Dia pun kembali menyanggupi. Urusan stok buku ada banyak penyumbang. Mulai dari donatur perusahaan hingga lembaga pegiat sosial ikut mengulurkan bantuan.

Sejak proyek edukasi gratis itu berjalan, Kinong jarang mangkal dan menarik penumpang pada jam siang. Sebelum terik jatuh di ubun kepala, Kinong akan pulang untuk menyulap bemonya menjadi etalase buku bacaan edukasi anak.

Dari situ dia memburu waktu untuk mengejar jam pulang/ istirahat sekolah-sekolah yang tak jauh dari rumahnya. Sasarannya terutama adalah sekolah dasar dan PAUD Kecamatan Tanah Abang.
Kinong EMBARGOKinong rutin mendatangi sekolah-sekolah ketika jam istirahat, di sela-sela waktunya mencari nafkah. Tak jarang Kinong harus berhadapan dengan birokrasi yang sulit. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Perpustakaan bemo itu tak pernah mangkal lama. Kurang dari dua jam Kinong akan pulang untuk istirahat siang, sebelum kembali narik bemo sore hari pada jam pulang kerja orang kantoran.

Bemo bukan sekadar sumber penghasilan bagi Kinong. Lebih dari itu, ia merupakan pendamping Kinong menapaki sejarah kehidupan jalanan di jantung ibu kota Indonesia.

Bersama bemonya, Kinong turut menyaksikan bagaimana Jakarta bertransformasi menjadi kota metropolitan dengan kompleksitas tata ruang dan sarana transportasi publiknya.

Pada saat bersamaan, Kinong tetap bertahan dengan bemo seiring berkembangnya transportasi massal di Jakarta: mulai dari Metromnini, Kopaja, mikrolet, Transjakarta, dan yang paling anyar Pemprov DKI tengah menyiapkan infrastruktur transportasi berbasis rel untuk LRT dan MRT.

Transportasi Jakarta berevolusi. Keberadaan bemo tak lagi masuk hitungan.

Kinong kini berusaha mendekatkan bemo ke masyarakat melalui kegiatan sosial. Tak cuma perpustakaan keliling, kendaraan yang menjadi ladang nafkah Kinong itu juga kadang disulap menjadi Bemoskop, alias bemo bioskop.

Bemoskop jadi kegiatan Kinong mengajak mesyarakat berkumpul di lahan terbuka sambil menikmati 'layar tancap' gratis bersaranakan bemo.
Kinong EMBARGOTiap sabtu malam minggu Kinong mengubah bemonya menjadi layar tancap. Perkenalannya dengan komunitas Ruang Rupa melancarkan gagasan Bemoskop (Bemo Bisokop). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Pria berkumis tebal itu punya harapan bemo menjadi abadi sebagai simbol atau ikon transportasi publik Jakarta, alih-alih berakhir jadi kendaraan tua yang dicampakkan tak ubahnya rongsokan.

Pemprov DKI telah memasukkan bemo dalam 'daftar hitam' kendaraan umum selama lebih dari dua dekade. Kinong kini menaruh harapan pada dua pasangan calon pemimpin yang bertarung di Pilkada DKI kelak bisa berkompromi dengan nasib bemo dan para sopir yang berada di balik kemudinya.

Dia berharap, siapapun pemimpin Jakarta yang terpilih nantinya merestui 'peremajaan' bemo dan memaknainya sebagai kendaraan klasik bernilai historis.

“Ini kan hitungannya sejarah. Kenang-kenangan untuk cucu kita. Apa salahnya kalau bemo jadi ikon transportasi Jakarta? Saya kira akan menarik karena banyak juga wisatawan asing yang belum pernah naik bemo,” kata Kinong.

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER