Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yakin bahwa upayanya untuk menggalakan transaksi secara online dengan cashless society tidak akan mematikan usaha masyarakat di pasar-pasar tradisional.
Pasalnya, kata Ahok, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah punya strategi untuk menanggulangi masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan teknologi mesin electronic data capture (EDC) kepada pedagang di pasar tradisonal.
"Kita akan suplai teknologinya," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Sabtu (6/5).
Selain itu, lanjut Ahok, saat ini Pemprov DKI melalui PD Pasar Jaya juga sudah memiliki pasar perkulakan di Kramat Jati, Jakarta Timur, yang diyakini mampu mengendalikan harga kebutuhan pokok di ibu kota.
"Kami akan sediakan sembilan bahan pokok (beras, gula, terigu, sayur dan buah, daging sapi, ayam dan ikan, minyak goreng, susu, telur, garam serta gas). Saat ini kan kami (PD Pasar Jaya) distributor paling besar," ujar Ahok.
Adapun praktik transaksi secara online atau cashless society ini telah coba dimaksimalkan Ahok dalam penggunaan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Dimana, sejak 2016, tiap-tiap penerima KJP dapat membeli bahan pangan dengan harga murah di 70 outlet Pasar Jaya yang tersebar di lima wilayah, seperti Pasar Glodok, Pasar Jatinegara, Pasar Kebayoran Lama, Pasar Kramat Jati, Pasar Minggu dan lain sebagainya.
Adapun jenis pangan murah yang dijual berupa daging sapi dengan harga Rp35.000/kg, daging ayam dengan harga Rp8.000/kg, satu tray telur ayam dengan harga Rp12.500, dan satu kantong beras kualitas medium isi 5 kg dengan harga Rp30.000.
"Kamu boleh datang ke toko buat beli kebutuhan pokok, tapi kami tetap bisa kontrol," kata Ahok.