Jakarta, CNN Indonesia -- "Kembalikan Pak Ahok, mau sejuta? Akan kami berikan satu juta KTP untuk menjamin."
Kalimat itu terlontar begitu saja dari seorang perempuan berkulit kuning langsat. Namanya Ayu Diah, Wajahnya sendu, Jilbab merah jambu yang dikenakan ya sudah dia lilit seadanya. Beberapa kali tangisnya pecah kala meneriakkan ucapan itu.
Dia mengaku sangat sedih lantaran Basuki Tjahaja Purnama divonis dua tahun penjara akibat kasus Dugaan penodaan terhadap agama. Padahal, Ahok bukanlah kerabatnya, bukan pula teman dekatnya. Ahok hanya pelayan untuk warga DKI Jakarta seperti yang selalu dikatakannya selama ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vonis Putusan Majelis Hakim terhadap terdakwa kasus dugaan penodaan terhadap agama yang menjerat Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama memang cukup menggegerkan. Bukan hanya bagi Ahok, sapaan khas Basuki, tetapi bagi kebanyakan masyarakat di Jakarta, tak terkecuali yang berada di luar Jakarta pun banyak yang dibuat heran.
Putusan tersebut, memang sangat jauh dari dugaan awal kebanyakan kalangan. Sebab, vonis yang diberikan oleh majelis hakim jauh berbeda dengan tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum saat membacakan tuntutannya beberapa waktu lalu.
Sejak divonis, Ahok pun segera dilarikan ke lembaga pemasyarakatan Cipinang. Warga, pendukung Ahok pun bisa dikatakan terpukul dan tak sedikit yang merasa putusan majelis hakim sangat tidak adil. Apalagi setelahnya, Ahok otomatis harus nonaktif dari jabatannya sebagai Gubernur.
Dinilai sangat kompeten membenahi Jakarta, tak ayal warga pun banyak yang kehilangan. Padahal, Oktober nanti Ahok bersama wakilnya Djarot memang harus lengser dari jabatannya setelah dikalahkan oleh pasangan Anies-Sandiaga dalam perhelatan Pilgub DKI putaran dua April lalu.
"Ini
tuh sudah seperti Jatuh dari pohon, dan Pak Ahok harus
ketiban tangga pula, makanya kami merasa
kok begini sekali," kata Yulida (39) salah satu warga asal Bintaro yang mengaku tak ikhlas Ahok masuk Bui.
Simpati untuk Ahok Yulida pun mengaku langsung mendatangi LP Cipinang setelah mendengar Ahok ditahan. Sebab kata dia, vonis yang diterima Ahok sebenarnya jauh dari kata masuk akal.
"Sampai sekarang saya masih bingung,
kok bisa dua tahun? Kenapa Hakim tidak pertimbangkan saksi lainnya juga yang bicara dan datang, itu saja," kata Ibu satu anak ini.
Sempat datang ke Cipinang, tak membuat Yulida bisa langsung menemui Ahok. Dia dan ratusan warga lainnya yang juga berbondong-bondong menjenguk Ahok di sel, justru malamnya 'diusir' Djarot Syaiful Hidayat yang statusnya kini menjadi Plt Gubernur DKI untuk menggantikan sementara teman sejawatnya yang kini mendekam di tahanan.
Warga bersimpati, bahkan Djarot pun seketika memutuskan menjadi penjamin agar rekannya itu dibebaskan menjadi tahanan kota. Jadi meskipun sudah Vonis, Ahok bisa terap melayani Jakarta hingva mereka lengser di Oktober kelak.
Tanpa berpikir panjang, Djarot mengajukan diri jadi penjamin dan langsung mengirimkan permohonannya ke pengadilan. Ternyata, aksi itu seketika diikuti banyak warga, warga pun berinisiatif mengumpulkan KTP untuk digunakan sebagai jaminan agar Ahok jadi tahanan kota saja.
Kumpul KTP Salah satu koordinator pengumpul KTP, Veronica (47) mengaku sangat ingin Ahok dibebaskan. Waktu yang tak sampai lima bulan lagi membenahi DKI Jakarta menurut Veronica harus digunakan dengan maksimal.
"Kita ini seperti mau berpisah jauh, sedang rindu-rindunya, Bapak malah diculik paksa, tentu kita tidak ikhlas, kita mau bapak kembali," kata Vero.
Oleh sebab itu, dia berinisiatif mengumpulkan KTP warga yang hingga kemarin malam diklaim telah mencapai 9000-an KTP yang terkumpul.
"Ini suara warga, tidak mungkin disepelekan begitu saja, Pak Djarot sedih dan langsung jadi penjamin, kita juga lakukan yang sama, kita ingin Ahok dikembalikan ke kita," kata Veronica.