Pengguna Transportasi Umum di Jakarta Masih Rendah

CNN Indonesia
Selasa, 23 Mei 2017 10:12 WIB
Pemprov DKI Jakarta masih kesulitan mengajak warga untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Pemicunya karena infrastruktur yang belum siap.
Pemprov DKI Jakarta masih kesulitan mengajak warga untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Iskandar Abubakar menilai minat warga DKI Jakarta untuk menggunakan transportasi umum masih tergolong rendah.

Hal ini terlihat dari hasil kajian Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, yang menyebutkan, dari total 47,5 juta perjalanan yang terjadi di Jabodetabek pada 2015 lalu, baru 24 persen pengguna jalan yang memutuskan untuk menggunakan moda angkutan umum darat, seperti bus Transjakarta dan atau commuter line.

"Dengan rincian, pengguna bus Transjakarta sebanyak 326.500 per hari, dan commuter line Jabodetabek sebanyak 759.564 per hari," kata Iskandar di Jakarta, Senin (22/5).
Jumlah tersebut berbanding terbalik dengan jumlah pengguna kendaraan bermotor pribadi. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta pada 2015 menunjukkan, jumlah kendaraan bermotor pribadi di DKI Jakarta mencapai 7.979.833 unit. Dengan rata-rata pertumbuhan hingga 8,12 persen per tahun.

Tingginya pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor pribadi dan rendahnya minat warga untuk menggunakan transportasi umum inilah yang menjadi salah satu alasan kemacetan di ibu kota sulit diatasi.

Belum lagi kendala lain seperti belum sterilnya jalur bus Transjakarta, banyaknya rute angkutan umum regular yang berhimpitan dengan angkutan massal seperti dengan Transjakarta, serta belum jelasnya pelaksanaan dari electronic registration and identification (ERI), electronic law enforcement (ELE), dan electronic road pricing (ERP).
Upaya mengurai macet dengan mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke kendaraan umum semakin sulit lantaran besarnya biaya yang harus dikeluarkan warga Jakarta untuk berpergian dengan kendaraan umum.

Iskandar mengatakan, rata-rata warga Jakarta saat ini mengeluarkan 20 hingga 35 persen penghasilannya untuk berpergian dengan transportasi umum.

"Padahal, harusnya 12 persen (biaya yang dikeluarkan dari total penghasilan) itu sudah maksimal," kata dia

Sejumlah permasalahan itu, menurut Iskandar, menjadi tantangan besar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang tengah menargetkan pengguna angkutan umum bisa mencapai 40 persen pada 2019 mendatang.
Perlu ada langkah-langkah untuk menjadikan mobilitas warga Jakarta menjadi lebih efesien, baik dari segi ekonomi atau biaya, waktu tempuh, serta ramah untuk mendukung kelestarian lingkungan hidup dengan menjadikan angkutan umum sebagai moda transportasi utama.

Iskandar sendiri mengapresiasi upaya Pemprov DKI dalam menjamin ketersediaan angkutan umum yang handal dengan tarif terjangkau.

Ia juga mengakui berbagai upaya Pemprov DKI untuk mendorong minat warga Jakarta untuk menggunakan transportasi umum, antara lain dengan terus menambah jalur Transjakarta, meningkatkan pelayanan KCJ (KAI Commuter Jabodetabek), serta pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) dan LRT (Light Rail Transit).

Namun, kata Iskandar, yang terpenting adalah membatasi pertumbuhan kendaraan bermotor pribadi. "Sebab tanpa pembatasan, cita-cita memiliki pengguna angkutan umum hingga 40 persen pada 2019 adalah sesuatu yang mustahil," ujar Iskandar.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER