Jakarta, CNN Indonesia -- Fiera Lovita memegang satu mikrofon dan mulai berbicara pada Kamis, 1 Juni lalu. Dia membacakan kronologi kejadian yang menimpanya selama sepuluh hari berturut-turut di kampung halamannya, Solok, Sumatera Barat.
Peristiwa itu terjadi pada 19—28 Mei lalu, saat dia menulis kritik terhadap Rizieq Shihab, pentolan Front Pembela Islam (FPI), di akun Facebook miliknya.
Menjelang akhir Mei, dokter Lola—demikian dia dipanggil—memutuskan membawa keluarganya ke Jakarta. Ini gara-gara dirinya mendapatkan teror tak henti akibat menulis soal Rizieq. Lola memakai jilbab merah muda dan berbaju putih saat jumpa pers hari itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau tidak salah, kenapa kabur? Toh ada 300 pengacara n 7 juta ummat yg siap mendampingimu,” tulis Lola dalam akunnya beberapa waktu lalu.
“Jgn run away lg dunk bib.”Status itu yang akhirnya bikin Lola diteror.
Kejadian itu bermula pada 19 Mei lalu saat dokter itu menuliskan kalimat-kalimat tersebut. Namun, ketika dia mulai bekerja di awal pekan, salah satu atasannya di RSUD Solok menyatakan status Facebook miliknya itu sudah dicuplik dan dibagikan kepada grup lain.
“Dokter Elfahmi memberitahukan postingan Facebook saya sudah di-
capture orang lain,” kata dia saat membacakan kronologi di Gedung YLBHI, Jakarta Pusat. “Dibagikan ke banyak grup di Facebook ditambahi dengan kata-kata provokatif dan tuduhan saya menghina ulama.”
Usai kejadian itu, dia juga kaget didatangi oleh aparat kepolisian. Kasat Intel Polres Kota Solok Ajun Komisaris Ridwan menyatakan bahwa FPI yang tak senang dengan status yang ditulisnya itu.
“Dengan alasan melindungi saya, Ridwan mulai menginterogasi saya di kantor RSUD Solok,” kata Lola.
Selama proses interogasi, telepon pintar Lola juga mendapatkan nomor telepon yang masuk ke WhatsApp. Beberapa nomor menggunakan foto profil Rizieq Shihab, berjubah putih atau bersorban putih.
Usai diinterogasi, dia menuju mobilnya di area parkir.
 Dokter Fiera Lovita alias Lola yang memutuskan pergi ke Jakarta karena teror yang dihadapinya di Solok, Sumatera Barat. (CNN Indonesia/Marselinus Gual |
Ketika masuk di dalam mobil, tiba-tiba dia dan anak-anaknya sudah dikelilingi oleh sejumlah orang berjubah, berjanggut dan berkopiah putih. Lola mengatakan orang itu mengetuk-ngetuk jendela pintu mobil. Dirinya pun segera menelepon Ridwan, serta berbicara dengan perwakilan FPI tersebut.
“Rombongan FPI meminta saya supaya jangan bersikap seperti itu,” kata Lola. “Mereka meminta saya secepatnya mem-
posting surat pernyataan permintaan maaf tersebut di akun Facebook.”
“Sebelum sempat jalan, tiba-tiba saya disuruh buka kaca mobil lagi,” ujar Lola lagi. “Mereka mengatakan FPI di seluruh Sumatera Barat akan bergerak menemui saya. Jadi cepat saja membuat surat pernyataan maaf itu.”
Namun, setelah menggunggah surat itu, masalah juga belum rampung.
Didatangi Kelompok BerjubahSebagian ada yang menyunting foto di akun Facebook milik Lola dan menambahkan kata-kata yang kotor bagi perempuan tersebut. Lola mengaku dirinya tak bisa tidur.
Pada 23 Mei lalu, Lola mengatakan masalah belum juga selesai. Saat itu, RSUD Solok, tempat dia bekerja didatangi oleh orang yang memakai jubah. Pimpinan rumah sakit sempat memarahinya karena menimbulkan masalah.
Akhirnya, dia mengatakan, dirinya dibawa ke ruang pertemuan dengan petinggi FPI, kepolisian Kota Solok dan jajaran direktur RSUD Solok. Dia pun menyampaikan permohonan maaf dengan terbata-bata.
Para petinggi FPI akhirnya mengenalkan diri masing-masing dan menceramahinya secara bergantian.
“Mereka tak terima dengan apa yang saya sudah perbuat melalui status di Facebook,” kata Lola. “Menurut mereka, semua kasus Habib Rizieq Shihab itu adalah fitnah dan rekayasa belaka.”
Tiga hari setelah itu, masalah juga belum rampung.
[Gambas:Video CNN]Dia didatangi oleh Kapolres Solok beserta jajarannya. Selain itu, Lola juga diminta bertemu dengan pelbagai instansi macam walikota, bupati, anggota dewan hingga petinggi FPI. Namun dirinya menolak karena sudah seharian di kantor Polres.
Pada 29 Mei, dia akhirnya berhasil dijemput relawan dari Jakarta—setelah mendapatkan pertolongan dari luar Sumatera Barat. Lola mengatakan dirinya tak mau hal itu menimpa orang lain dan meminta negara hadir melindungi warga negaranya.
“Saya belum memutuskan dan mempunyai rencana lain ke depan,” kata Lola. “Namun sebagai dokter, saya akan tetap mengabdi untuk masyarakat.”
Soal bantuan untuk Lola, Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan pihaknya memberikan bantuan dengan mengirimkan anggota GP Ansor di Solok, guna menuju bandara.
Yaqut menjelaskan, pendampingan diberikan karena sebelumnya ada permintaan dari salah satu anggota tim Dokter Bhinneka yang merupakan teman Lola. Yaqut lalu menyanggupi permintaan tersebut dengan memberi pendampingan.
 Ketua GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyatakan pihaknya membantu dokter Lola dengan alasan kemanusiaan. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) |
Dia menyampaikan bahwa pendampingan ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan keselamatan Fiera dan keluarganya menuju bandara. Dia tidak ingin Fiera kembali mendapat ancaman atau intimidasi dari pihak-pihak tertentu.
"Keluar dari Solok mungkin takut. Kami memandang secara kemanusiaan saja," ujarnya.
Menangani PersekusiTerkait dengan persekusi, Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Direktorat Tindak Pidana Siber pada bulan lalu mengeluarkan panduan penanganan ujaran kebencian di media sosial untuk jajaran kepolisian.
Bareskrim melihat persekusi atau pemburuan sewenang-wenang itu terjadi di pelbagai wilayah Indonesia karena dugaan penghinaan terhadap ulama dan agama.
Kepolisian membagi penanganan itu menjadi tiga tahapan yakni penyelidikan, penyidikan dan memblokir akun. Penyelidikan, misalnya, dilakukan saat target pelaku mengunggah sesuatu di media sosial macam Facebook; Twitter; Instagram; Youtube; hingga media daring.
Direktorat itu menegaskan jika menemukan akun yang menyebarkan ujaran kebencian, maka harus mengamankan barang bukti yakni mencuplik foto media bersangkutan. Setelah target pelaku didapat lengkap, selanjutnya adalah melakukan pelacakan profil secara lengkap.
Informasi itu dimulai dari data E-KTP; data perbankan; data imigrasi; data registrasi kendaraan; data selular; data KPU; hingga data mahasiswa.
 Bareskrim Polri Direktorat Tindak Pidana Siber pada bulan lalu mengeluarkan panduan penanganan ujaran kebencian di media sosial. (CNN Indonesia/Laudy Gracivia) |
Salah satu contoh yang dipaparkan Bareskrim terkait dengan pemblokiran adalah akun Database Buronan Umat Islam yang sudah ditutup oleh Facebook, akhir Mei lalu. Akun itu sempat menyatakan bahwa semua ujaran dan penghinaan terhadap Allah, Rasulullah, umat Islam dan panji umat Islam adalah kejahatan.
“Sehingga perlu bagi kami untuk mendata oknum-oknum yang melakukannya,” demikian seperti yang terdapat dalam cuplikan foto akun tersebut.
Dan akhirnya sampailah dokter Lola di Jakarta. Dia memegang mikrofon dan menceritakan kejadian yang menimpanya dalam sepuluh hari terakhir di kampung halamannya, Solok.
Pada 1 Juni lalu, Lola buka suara soal aksi teror FPI yang dialaminya, di saat Presiden Jokowi mengutuk aksi anti-kebinekaan dalam peringatan Hari Lahir Pancasila hari itu.