Secercah Harapan 'Ngeri-Ngeri Sedap' Karyawan TransJakarta

CNN Indonesia
Jumat, 16 Jun 2017 10:45 WIB
Karyawan PT TransJakarta masih menunggu keputusan manajemen tentang pelbagai tuntutan mereka soal kesejahteraan. Salah satunya, pengangkatan pegawai tetap.
Karyawan PT TransJakarta masih menunggu keputusan manajemen tentang pelbagai tuntutan mereka soal kesejahteraan. Salah satunya, pengangkatan pegawai tetap. (ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar pukul 04.00 pagi Ruhimat (32) sudah bergegas mempersiapkan diri untuk berangkat ke tempat kerjanya, tempat yang sudah tiga tahun ini dia habiskan untuk mencari sesuap nasi.

Setelan jas necisnya mungkin saja tidak sesuai dengan motor bebek butut yang selalu siap sedia mengantarkannya ke kawasan Pulo Gadung, tempat bus TransJakarta yang akan dia bawa hingga pukul 11.00 WIB.

"Bus yang biasa saya kendarai ada di Pulo Gadung, ini untuk bulan ini, bulan depan belum tahu," kata Ruhimat.
Ya, sudah tiga tahun pria berusia 32 tahun itu menjadi pramudi TransJakarta, atau kerap disebut 'Busway' itu. Mungkin saja, seorang sopir dengan pakaian paling necis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ruhimat mengaku tidak mudah bekerja sebagai pramudi bus dari perusahaan transportasi milik daerah itu. Tanggung jawab besar dengan jam kerja yang kadang dianggapnya tak manusiawi tak sedikit membuat dia menggerutu karena lelahnya menjalani rutinitas setiap hari.

"Ditambah saya juga bukan karyawan, saya cuma pekerja kontrak dengan jam kerja tidak tentu yang kadang bisa sampai 10 sampai 12 jam. Kalau tidak ingat anak di rumah sudah pergi saya dari dulu," kata dia.

Berbeda dengan Ruhimat, Prasetya (23) justru memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda. Dia memutuskan melamar kerja di PT TransJakarta sejak dia lulus dari bangku SMA.

Bermodalkan ijazah itulah dia mendapat tempat sebagai pekerja on board bus TransJakarta.

"Kalau dihitung kayaknya sudah mau lima tahun," kata Prasetya mengingat-ingat lama dia bekerja di perusahaan itu.

Sebagai pekerja on board, Prasetya dituntut untuk ramah dan selalu tersenyum, sambil bersiaga berdiri menjaga pintu bus.

Bosan? tentu saja, bahkan kata dia, pernah Prasetya benar-benar berdiri selama 12 jam tanpa duduk hanya untuk menjaga pintu bus yang terbuka dan tertutup.

"Capek, jelas. Mana status kerja saya itu masih kontrak yang tiap tahun diperpanjang," kata dia.
Penumpang yang berjejal di dalam bus TransJakarta. (CNN Indonesia/Tiara Sutari)

Belum lagi jalanan Jakarta yang tak pernah tidak macet, meskipun bus itu punya jalur sendiri, tapi tak sedikit juga jalanan umum yang dilewati di saat jam padat, tetap saja kendaraan itu terjebak kemacetan.

"Apalagi, posisi saya adalah pekerja yang langsung berhadapan sama penumpang, sekesal apa pun kenyataanya saya tetap harus berusaha ramah," kata dia.

Kekecewaan terhadap Perusahaan

Lama bekerja, belum tentu kenyamanan bekerja telah didapat oleh Ruhimat maupun Prasetya. Pekerjaan yang mereka sebut tidak manusiawi dengan status kerja tidak jelas menambah daftar panjang kekecewaan keduanya terhadap perusahaan yang sudah berdiri belasan tahun itu.

Upah, tunjangan, hingga status kerja bagi keduanya tergolong rumit bahkan sulit untuk ditingkatkan. Sebaik apa pun kinerja yang telah dicapai keduanya, tidak ada yang ditawarkan oleh pihak manajemen secara spesifik.
"Tidak ada, hanya begini saja, kalau bekerja bagus enggak dapat apa-apa, tapi coba kamu buat kesalahan sekali saja, meskipun kecil dampaknya besar, bahkan bisa sampai dikeluarkan," kata Ruhimat.

Bukan hanya Prasetya dan Ruhimat yang bercerita. Hampir semua pekerja on board menyebut, jika ingin aman jangan macam-macam di perusahaan ini.

Pihak manajemen, disebut-sebut bisa dengan seenaknya memindahkan divisi pekerja, bahkan hanya atas dasar rasa tidak suka secara pribadi.

Seorang pekerja lain yang enggan disebut namanya mengakui baru saja menjalani pemindahan posisi. Dia yang semula bekerja sebagai on board untuk kawasan Pantai Indah Kapuk, dua bulan lalu, posisinya berubah menjadi tukang cuci mobil.

"Iya, sampai sekarang saya tidak mengerti, dan mereka (pihak manajemen) pun tidak merinci alasan pemindahan saya," kata salah seorang pekerja  tersebut.

Berulang kali, dia mengatakan telah meminta kejelasan kepada pihak manajemen terkait pemindahan posisi secara sepihak ini, namun berulang kali juga permintaanya ditolak.

"Kini lebih baik, yang justru tidak baik buat karyawan kaya kita," ujarnya.

Masalah ini membuat ratusan karyawan bergerak.

Senin lalu sejumlah pekerja tidak tetap PT TranJakarta melakukan demonstrasi di depan kantor pusat PT TransJakarta yang berada di kawasan Cawang, Jakarta Timur.

Para karyawan ini menuntut agar PT TransJakarta segera mengangkat status karyawan kontrak menjadi karyawan tetap, serta kenaikan upah yang lebih layak.

Budi Marcello yang merupakan Kepala Staf Operasional PT TransJakarta, selaku pemimpin aksi saat itu mengatakan, karyawan berdemo menuntut manajemen maupun pimpinan direksi PT TransJakarta agar segera mengesahkan status karyawan sejumlah pegawai.

Meningkatkan Status

PT TransJakarta pun dituntut segera meningkatkan status kontrak Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) periode 1 Juli 2016 hingga 30 Juni 2017 dan menerbitkan SK karyawan tetap.

"Status yang PKWT tidak jelas, harusnya dihapus. Jadikan karyawan tetap," kata Marcello.

Permintaan tersebut pun diberi tenggat waktu hingga dua hari yang berarti jatuh tempo tepat hari Rabu lalu. Sayangnya, tenggat waktu itu ternyata tidak digunakan dengan baik oleh pihak manajemen PT TransJakarta yang hingga hari ini, belum juga menjawab keinginan para karyawan itu.

Bahkan, terkahir dihubungi pada Kamis, Asisten Kepala Humas PT TransJakarta, Wibowo menyebut Manajemen PT TransJakarta malah sedang mendata ulang karyawan, baik pekerja tetap maupun pekerja tak tetap usai aksi karyawan menuntut kenaikan gaji dan perubahan status karyawan menjadi karyawan tetap.

“Sedang didata oleh pihak Sumber Daya Manusia (SDM)," kata Wibowo, kemarin.
Ratusan karyawan PT TransJakarta melakukan aksi unjuk rasa pada Senin lalu, menuntut status tetap untuk mereka. (CNN Indonesia/Tiara Sutari
Pernyataan itu pun, lantas langsung menimbulkan pertanyaan baru bagi Prasetya dan Ruhimat, dan bisa jadi karyawan tak tetap lainnya dalam BUMD tersebut.

"Saya malah tidak yakin, tuntutan kami akan dikabulkan, bahkan setelah kami menuntut pun mereka masih berleha-leha tak berusaha memperbaiki keadaan dan memperjelas status kami," kata Prasetya sambil kembali membawa papan bertuliskan Pulo Gadung di sisi lain, dan Harmoni di sisi lainnya.

Dia tetap melanjutkan tugasnya.

"Harmoni, sampai Harmoni, yang turun dulu ya, yang turun dulu, hati-hati lihat ke bawah saat melangkah," kata Prasetya dengan tersenyum.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER