Perakit Bom Panci Disebut Linglung dan Tak Bisa Bercanda

CNN Indonesia
Minggu, 09 Jul 2017 15:29 WIB
Agus Wiguna dikenal sebagai sosok pendiam. Pemilik kontrakan menyebutnya sering tak bisa menanggapi apa-apa ketika diajak bercanda.
Kontrakan milik pelaku bom panci, Agus Wiguna di Kampung Kubang Beureum, Sekejati, Buahbatu, Kota Bandung.(CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko)
Bandung, CNN Indonesia -- Sebuah bom panci berdaya ledak sedang meledak di sebuah kontrakan di Kampung Kubang Beureum, Sekejati, Buahbatu, Bandung, Sabtu (8/7) sore. Bom tersebut diduga dibuat pelaku bernama Agus Wiguna (21) yang kini telah diamankan polisi.

Berdasarkan penelusuran CNNIndonesia.com, Agus merupakan sosok yang jarang bersosialisasi dengan masyarakat tempat tinggalnya. Ia adalah pedagang bakso selimut alias Basmut yang sering berjualan di sejumlah lokasi di Kelurahan Sukejati.

Pemilik kontrakan tempat Agus tinggal, Epon (70) mengatakan, Agus menyewa kamar sejak Mei 2017. Pria yang diketahui sebagai mahasiswa aktif di salah satu perguruan tinggi di Bandung itu mengaku mengontrak kamar untuk berkuliah dan berjualan Basmut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia (Agus) bilangnya mau mengontrak saja. Mau jualan. Itu saja, tidak ada alasan lain," ujar Epon kepada CNNIndonesia.com di Kampung Kubang Beureum, Sekejati, Buahbatu, Bandung, Minggu (9/7).

Gerobak Bakso Goreng milik pelaku bom panci Agus WigunaGerobak Bakso Goreng milik pelaku bom panci Agus Wiguna. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko)

Epon menuturkan, Agus merupakan sosok pendiam. Epon biasanya berkomunikasi dengan Agus ketika hendak menerima uang sewa bulanan senilai Rp150 ribu.

"Dia itu seperti linglung. Kalau diajak bercanda hanya celingak-celinguk. Kalau bahasa Sundanya mah beloon," ujarnya.

Selain itu, komunikasi lainnya hanya terjadi ketika Agus hendak mengambil gerobak Basmut miliknya yang ditaruh tepat di halaman tempat Epon tinggal.

Lokasi kontrakan Agus berada tepat di depan aliran irigasi persawahan Kampung Kubang Beureum. Ruangannya terbilang sangat kecil, hanya berukuran 2x2 meter persegi. Kontrakan Agus berjejer dengan empat kontrakan lain yang ukurannya lebih besar.

Epon mengatakan, tempat yang ditinggali Agus merupakan bekas dapur milik anaknya yang tinggal bersebelahan dengan kontrakan miliknya. Lantaran tidak digunakan, ruang tersebut akhirnya disewakan pada Agus.

Puslabfor Mabes Polri melakukan olah Tempat Kejadian Perkara di lokasi ledakan bom panci di Kampung Kubang Beureum, Sekejati, Buahbatu, Kota Bandung, Jabar, Minggu (9/7).Puslabfor Mabes Polri melakukan olah Tempat Kejadian Perkara di lokasi ledakan bom panci di Kampung Kubang Beureum, Sekejati, Buahbatu, Kota Bandung, Jabar, Minggu (9/7). (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko)
Ketika bom meledak, Epon tak tahu apa-apa. Ia hanya mengetahui soal ledakan dari riuh warga yang berkumpul dekat kontrakanya yang sudah dipenuhi asap.

Kala itu ia sempat berpikir ledakan bersumber dari korsleting arus listrik. Namun, lantaran ada yang menyampaikan ledakan diduga bom, ia menyuruh anaknya mencari Agus yang saat itu sedang berjualan.

"Pas ledakan dia (Agus) tidak tahu. Anak saya yang jemput dia. Dia sempat tidak percaya kalau kontrakannya kebakaran," ujar Epon.

Motivasi Agus merakit bom tersebut diduga sebagai salah satu cara untuk bergabung dengan ISIS. Di kamar Agus, ditemukan surat yang menyatakan baiat kepada khilafah daulah islamiyah (ISIS).

Polisi juga menemukan buku catatan harian milik Agus. Isinya mengenai rencana teror bom panci yang akan dilakukan di sejumlah lokasi di Bandung. Di antaranya, kafe di Jalan Braga, juga sebuah rumah makan, dan gereja.

Epon, pemilik kontrakan yang disewa Agus Wiguna. Bom berdaya sedang meledak di kamar Agus pada Sabtu sore.  Epon, pemilik kontrakan yang disewa Agus Wiguna. Bom berdaya sedang meledak di kamar Agus pada Sabtu sore. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko)


Agus yang Santai Menanggapi Ledakan

Neni (43) seorang pedagang kelontong di dekat lokasi ledakan membeberkan, dia sempat mendengar satu kali ledakan yang bersumber dari kontrakan Agus. Semula ia mengira ledakan itu bersumber dari alat elektronik.

Neni menceritakan, Agus sempat diinterogasi di Rumah Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat. Kala itu Agus, menurut penuturan Neni, mengaku tidak menyimpan bom di dalam kontrakan. Agus juga terlihat santai seolah tidak melakukan hal apapun.

"Saya tidak mengira itu bom. Dia (Agus) mengaku di dalam kamarnya hanya ada telepon genggam yang dicolok," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Dalam keseharian, Neni sendiri sempat berinteraksi beberapa kali dengan Agus. Neni menilainya sebagai sosok pendiam dan rajin beribadah. Agus kerap salat berjamaah di Masjid An Najah yang tak jauh dari lokasi tempat tinggalnya.

"Dia biasa salat subuh, magrib, dan isya di Masjid An Najah. Kalau siang mungkin salat di Masjid lain karena dagang," ujar Neni.

Neni mengklaim Agus kerap membeli minyak goreng di warung kelontongnya untuk bahan menggoreng Basmut. Neni mengaku, Agus terakhir kali berbelanja setelah hari raya lebaran.

Saat itu, Neni sempat bercanda dengan Agus soal Basmut. Namun, Agus tidak merespon dan langsung bergegas kembali ke kontrakannya.

Neni kini menyimpan kekhawatiran ledakan serupa terjadi di kawasan tempat tinggalnya. Ia berharap, Kepolisian bisa menangani aksi teror di Bandung dan di wilayah lain agar masyarakat bisa kembali beraktifitas dengan tenang.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER