Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat merasa lembaga yang ia pimpin mendapat perhatian besar sehingga menjadi lembaga yang seksi.
"MK sekarang jadi lembaga yang menarik dan sensual, salah satu wartawan pernah berkata kepada saya sekarang semua ujungunya di MK. Kemarin baru ada Perppu, sebentar lagi UU Pilkada yang baru ke sini. MK sangat seksi sehingga perhatian ke MK," kata Arief saat sambutan acara halal bihalal di MK, Jakarta Pusat, Selasa (20/7).
Arief merujuk pada begitu banyak pihak yang mengajukan uji materi ke lembaga yang dipimpinnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perhatian itu, kata Arief, menjadi tantangan yang menarik bagi sembilan hakim konstitusi karena harus bisa memutus suatu perkara dengan baik dan benar mengingat putusan MK memiliki dampak yang luas bagi seluruh Indonesia.
Arif memperkirakan kerja hakim konstitusi tahun ini lebih berat dari pada tahun 2016.
Dia mengatakan, tahun lalu MK biasa menggelar sidang dengan rata-rata dua hari dalam satu minggu dan tahun ini empat kali dalam satu minggu.
"Sekarang aduan perkara yang masuk sudah 76, kalau sampai akhir tahun 100 lebih. Persidangan kita gelar dari Senin sampai Kamis. Hari Jum'at kita isi dengan belajar dan cari refrensi untuk putusan," kata Arief.
Berbenah diriArief mengatakan, aduan pada tahun 2016 masih sisa 20 yang ditargetkan selesai bulan Agustus atau September.
Lebih lanjut, Arief menjelaskan hakim kontitusi selalu berupaya berbenah diri. Dalam Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) meraka memberi masukan satu sama lain untuk kebaikan MK.
Ia tak ingin ada hakim yang terlibat kasus seperti Patrialis Akbar yang diduga menerima suap dari pengusaha impor daging sapi. Pemberian suap itu diduga untuk memengaruhi putusan perkara nomor 129/PUU-XIII/2015 terkait uji materi UU 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
"Dalam kasus Patrialis Akbar kami merasa aneh, tapi hanya bisa kami simpan dalam hati. Kita gak bisa bayangkan sampai sedemikian kasus itu. Itu sebabnya kita sepakat saling tegur dan mengingatkan, kita sepakat gak boleh sakit hati karena untuk kepentingan bersama," kata Arief.
Arief menjelaskan bahwa menjadi hakim kontitusi bukan merupakan pekerjaan mudah. Hakim harus bekerja dan berpikir keras untuk memberikan keputusan terbaik. Ia sempat bercanda bahwa usia memang tidak bisa berbohong ketika seseorang banyak bekerja.
"Sebelum masuk MK kaca mata saya plus setengah, sekarang menjadi plus dua setengah. Dulu waktu saya jadi dosen rambut saya masih banyak, masuk MK hilang setengah, jadi ketua MK ngeblas (botak)," kata Atief sambil tertawa.
(yns)