Jakarta, CNN Indonesia -- Respons Presiden RI Joko Widodo dalam menanggapi keinginan keluarga penyidik senior KPK,
Novel Baswedan, untuk bertemu dianggap lebih buruk daripada tindakan kepala negara sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
Perbandingan antara sikap Jokowi dan SBY itu disampaikan salah satu pengacara Novel, Alghiffari Aqsa. Ia mengatakan, Jokowi seharusnya langsung menemui Novel atau keluarganya setelah insiden penyiraman air keras terjadi April lalu.
"Kita 2010 waktu itu mendampingi Tama [aktivis antikorupsi dari ICW] yang dibacok, tidak sampai sehari SBY langsung datang ke rumah sakit dan memerintahkan Kapolda, Kapolri untuk diusut tuntas. Kalau mau dibandingkan Jokowi dan SBY yang lalu ini jauh beda. Walaupun, kasus Tama juga tidak terungkap sampai sekarang," kata Alghiffari di kediaman Novel, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (28/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulanya permintaan agar keluarga Novel bisa bertemu Presiden Jokowi sudah disampaikan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Simanjuntak. Menurut Dahnil, permintaan tersebut telah disampaikan secara lisan melalui Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Pratikno pun diklaim berjanji menjadwalkan pertemuan dengan Jokowi. Namun, pihak istana disebut meminta surat permohonan yang dilayangkan langsung dari keluarga Novel.
Atas permintaan tersebut istri
Novel Baswedan, Rina Emilda, akhirnya menulis surat agar dapat diterima bertemu Jokowi. Surat itu telah dikirim ke Istana Presiden pada 21 Agustus.
"Terakhir saya minta Pak Pratikno agar penjadwalan pertemuan dilakukan sebelum Idul Adha. Tapi hingga saat ini kita belum dengar kabar lagi apakah Presiden berkenan menerima mbak Emil [Rina Emilda]. Tadi siang saya kembali tanya ke Pak Pratikno, tapi kami belum dapat jawaban apa-apa," kata Al Ghifari.
Aksi teatrikal aktivis antikorupsi untuk menuntut pembongkaran kasus teror terhadap penyidik KPK Novel Baswedan yang digelar di depan gedung KPK, Jakarta, 9 Agustus 2017. (CNNIndonesia/Safir Makki) |
Menanggapi hal tersebut, tim kuasa hukum dan keluarga Novel pun meminta Jokowi membuktikan komitmennya dalam mengusut kasus penyiraman air keras terhadap Novel.
Pembuktian Jokowi itu disebut bisa dilihat dari itikad baik menerima keluarga Novel untuk mengadu langsung di Istana. Selain itu, Presiden juga didesak tetap membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) guna membongkar kasus teror tersebut.
"Harapannya adalah agar segera ada perhatian bapak Presiden membentuk TGPF (kasus
Novel Baswedan) agar bisa melihat fakta-fakta penyiraman air keras ini secara objektif," kata Rina pada kesempatan terpisah.