Jakarta, CNN Indonesia -- Kamp pengungsian etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar benar-benar sangat tidak layak. Hujan sering turun membuat posko pengungsian di sana semakin buruk.
Tak ada senyum ceria dari anak-anak di kamp itu. Mereka terbatas akses untuk sekadar bermain. Begitu juga dengan kaum perempuan. Banyak dari mereka yang menderita gizi buruk selama tinggal di pengungsian.
Demikian sedikit fakta yang disampaikan Andalan Nasional Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Urusan Pengabdian Masyarakat dan Siaga Bencana, Eko Sulistio. Eko menggambarkan situasi dan kondisi terkini di kamp pengungsian etnis Rohingya melalui sebuah video yang diputar di Kantor Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Gambir, Jakarta, Rabu (6/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko bercerita, anak dan perempuan etnis Rohingya memang menjadi korban terparah akibat konflik di Myanmar. Sementara, pasokan makanan dan obat-obatan nyaris tak ada.
"Mereka (anak-anak) tak punya akses bermain, akses kesehatan, pendidikan, makanan yang layak. Kondisi terakhir di Rohingya jelas sekali mereka sangat menderita, anak-anak banyak yang menderita gizi buruk, kaki tangan mereka banyak yang korengan, ibu-ibunya juga banyak yang lemas," kata Eko.
 Perempuan dan anak-anak Rohingya menjadi korban terparah. Banyak dari mereka juga mengalami gizi buruk. (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain). |
Eko menyaksikan langung penderitaan etnis Rohingya saat menjadi relawan untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Myanmar, akhir Agustus lalu.
Saat bertandang ke Rakhine, Eko menemui banyaknya anak-anak Rohingya yang trauma. Mereka juga banyak yang ditemui tanpa mengenakan pakaian.
Gerakan Pramuka mengirim Eko ke Myanmar seorang diri. Ia pergi bersama rombongan relawan dari lembaga swadaya masyarakat lain.
Bukan tanpa alasan Eko dikirim seorang diri. Menurut Andalan Nasional Pramuka Bidang Luar Negeri, Indo Reyano Samili, risiko besar membayangi keberangkatan anggota Pramuka ke negara ASEAN itu.
"Makanya kami tidak bisa kirim banyak anggota. Eko juga kebetulan sering membantu korban-korban pengungsian di banyak negara. Makanya ia berangkat ke sana, kami juga bangga padanya," kata Indo.
Gerakan Pramuka disebut telah mendaftar ke Aliansi Kemanusiaan untuk Myanmar agar dapat mempermudah proses pengiriman bantuan bagi etnis Rohingya. Aliansi itu beranggotakan setiap LSM atau organisasi yang hendak mengirim bantuan ke sana.
Setiap bantuan yang dikirim ke Myanmar dibawa dari Indonesia dalam bentuk uang. Nantinya, uang hasil donasi dibelanjakan makanan cepat saji, vitamin, obat-obatan, serta keperluan lain untuk dibagikan ke pengungsi.
Gerakan Pramuka pun turut andil melakukan aksi untuk membantu anggota etnis Rohingya yang mengungsi dari kawasan konflik di Rakhine, Myanmar.
Aksi bantuan Pramuka dilakukan dengan pengumpulan dana bertajuk 'Bumbung Kemanusiaan'. Sekitar 22 juta anggota Pramuka diserukan untuk turut serta dalam aksi bantuan tersebut.
"Penyaluran berupa kotak, dari bambu, dan biasanya di setiap kegiatan apabila ada daerah yang tidak beruntung maka peserta diminta untuk sukarela mengisi bumbung dan disetorkan ke pramuka daerah masing-masing atau kwartir yang daerahnya terkena bencana," kata Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Bidang Pembinaan Anggota Muda S. Budi Prayitno di kantornya, Jakarta, Rabu (6/9).
Bantuan untuk Myanmar sendiri dilakukan melalui Gerakan Pramuka yang dapat dikirim ke rekening BNI dengan nomor rekening 909010100. Pengumpulan dana dilakukan hingga akhir September.
Sebelum melakukan aksi Bumbung Kemanusiaan, Pramuka telah mengirim relawan dan bantuan untuk etnis Rohingya yang terdampak konflik di Myanmar.
Pengiriman bantuan dilakukan 29 Agustus lalu. Pada kesempatan itu, relawan pramuka yang diwakili Eko Sulistio membawa uang tunai untuk dibelanjakan makanan, obat-obatan, serta hewan kurban.
Andalan Nasional Pramuka Bidang Luar Negeri Indo Reyano Samili mengatakan ada sembilan ekor sapi, 15 kambing, dan bahan makanan lain yang dibeli dan diberikan pada pengungsi etnis Rohingya kala itu.
"Karena momentumnya berdekatan dengan Hari Raya Iduladha, maka kami membelikan hewan kurban yang dipotong bersama di sana. Kalau tidak, kami biasanya belikan makanan cepat saji dan keperluan lain," kata Indo.
 Warga Rohingya terpaksa mengungsi dari Rakhine, Myanmar ke Bangladesh akibat persekusi yang terjadi pada etnis muslim minoritas tersebut. (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain) |
Pramuka Myanmar
Di Myanmar sendiri diketahui ada pula gerakan kepanduan atau Pramuka. Dan, Pramuka Myanmar itu baru saja bergabung dengan Gerakan Pramuka Internasional (The World Organization of the Scout Movement/WOSM).
Pramuka Myanmar baru bergabung dengan WOSM karena sebelumnya keberadaan mereka dilarang oleh pemerintah. Setelah Aung San Suu Kyi ke bangku pemerintahan, Pramuka Myanmar kembali aktif dan mendaftarkan diri sukarela ke WOSM.
"Sesuai arahan Pak Presiden, kami memang merencanakan untuk menindaklanjuti program-program kami dengan mengadakan kunjungan bilateral pada Pramuka di Myanmar. Waktu dan kesempatannya masih disesuaikan, tapi kami harap dapat dilakukan secepatnya,"ujar Indo.