Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Amanat Nasional melalui Sekretaris Jenderal Eddy Soeparno kembali menyatakan niat mendorong Zulkifli Hasan, yang juga Ketua Umum PAN dan Ketua MPR, untuk maju dalam gelaran Pemilihan Presiden 2019.
Eddy mengatakan, internal partai sedang konsolidasi untuk memperkuat rencana itu.
"Jadi saat ini kami sudah diamanatkan untuk mendorong Pak Zulkifli Hasan bertarung di kepemimpinan nasional tahun 2019," kata Eddy di Jakarta, Minggu (22/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eddy menyatakan, saat ini pihaknya belum bisa memastikan apakah Zulkifli akan maju sebagai calon presiden atau calon wakil presiden. Namun menurutnya, yang terpenting saat ini adalah menguatkan konsolidasi internal sembari membangun komunikasi dengan partai lain.
"Ketika (suara) sudah tinggi mendorong partai lain untuk bergabung dengan PAN, untuk mencapai
threshold 20 persen, untuk membangun koalisi mendorong pak Zulkifli Hasan bertarung apakah di posisi capres atau cawapres," tuturnya.
Survei PolMark Indonesia yang dirilis hari ini, elektabilitas PAN terbilang masih rendah dengan perolehan 3,6 persen. Suara PAN di bawah PDIP, Golkar, Gerindra, PKB dan Demokrat.
Meskipun demikian, kata Eddy, PAN memiliki modal besar untuk mendorong pemimpin partainya bertarung pada gelaran Pilpres 2019 lantaran memiliki massa utama dari kalangan Muhammadiyah. Selain itu, pihaknya juga ingin menyasar kaum muda dalam mendulang suara.
"PAN saat ini sudah mesra dengan Muhammadiyah, itu konstituen utama kami. Kami lihat juga banyak peluang PAN untuk diperkenalkan ke generasi milenial, mereka pemilih pemula," tuturnya.
Dalam Rapat Kerja Nasional ke-3 di Bandung, Jawa Barat, Agustus lalu, PAN juga telah mengeluarkan rekomendasi mengusulkan Zulkifli Hasan maju di Pilpres 2019.
Wakil Ketua Umum PAN Didik J Rachbini saat itu mengatakan, rekomendasi dukungan terhadap Zulkifli merupakan hasil rapat pleno seluruh Dewan Pimpinan Wilayah PAN.
"Meskipun demikian keputusan akhir diserahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum DPP PAN (Zulkifli)," ujar Didik.
Sementara itu, menanggapi survei nasional PolMark Indonesia soal Capres 2019, Eddy mengakui Presiden Joko Widodo masih memiliki suara yang cukup tinggi. Namun, dia yakin akan ada alternatif pemimpin baru yang diinginkan masyarakat pada pilpres mendatang.
"Kami melihat perubahan di masyarakat saat ini, ada alternatif baru. Jadi peluang Pak Jokowi sangat besar, peluang alternatif baru juga besar," tuturnya.
Hasil survei PolMark Indonesia menunjukkan, jika Pilpres dilakukan saat ini maka Jokowi memperoleh suara terbanyak dengan 41,2 persen, disusul Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebesar 21 persen.
Sementara itu, nama-nama lain yang berada di bawah Jokowi dan Prabowo di antaranya Agus Harimurti Yudhoyono dengan 2,9 persen, Anies Baswedan 2,2 persen, Hary Tanoesoedibjo 2 persen.
Kemudian Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo 2 persen, Wakil Presiden Jusuf Kalla 1,9 persen, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri 1,1 persen, Rhoma Irama 1 persen. Sementara itu, Zulkifli Hasan hanya mengantongi 0,2 persen.