Jakarta, CNN Indonesia -- Konstelasi politik di Jawa Barat kian menggeliat jelang Pemilihan Kepada Daerah 2018. Setidaknya ada tiga tokoh publik yang namanya mencuat dan digadang bakal mewarnai perebutan kursi di Gedung Sate.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil atau biasa disapa Emil, menjadi bakal calon gubernur pertama yang mengantongi tiket untuk ikut berkompetisi di Pilgub Jawa Barat 2018. Tiga partai pendukungnya yaitu PPP, PKB dan NasDem.
Selain Emil, terdapat dua nama lain yaitu Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar yang baru mengantongi dukungan PAN dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang masih menunggu pinangan partai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga bakal calon ini kemungkinan besar bakal bertarung di Pilgub Jawa Barat 2018. Dalam berbagai survei, nama mereka selalu muncul dan berada di posisi tiga teratas.
Akan tetapi survei elektabilitas bukan satu-satunya indikator keterpilihan calon dalam sebuah pemilihan. Hal yang tak kalah krusial dan menentukan adalah, bagaimana kemudian para calon fokus mencari dukungan, menjaga dan memperluas basis suara.
Penguasaan basis suara yang heterogen dan dinamis dapat menjadi penentu siapa yang menang dalam Pilkada tahun depan.
Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan dari Universitas Padjajaran, Muradi menyebutkan secara umum ada enam wilayah basis suara pemilih di Jawa Barat. Wilayah ini berperan penting bagi para kandidat untuk menjangkau pemilih dan mendulang kemenangan.
Wilayah-wilayah itu adalah Bandung Raya (meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang); Priangan Timur (Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran dan Banjar); Priangan Barat (Cianjur, Sukabumi, Kabupaten Bogor, dan Kota Bogor); Pantura (Subang, Purwakarta, Karawang dan Kabupaten Bekasi); Cirebon Raya (Cirebon, Majalengka, Kuningan, dan Indramayu); serta wilayah Suburban DKI Jakarta (Depok dan Kota Bekasi).
Muradi menyebut enam wilayah itu memiliki karakter masyarakat yang berbeda. Semisal di wilayah Priangan Timur, sebagian Priangan Barat dan sebagian Cirebon Raya termasuk wilayah dengan masyarakat pedesaan yang masih tradisional dengan tradisi etnik sunda yang masih kental.
Wilayah Bandung Raya, Suburban DKI Jakarta, dan sebagian Cirebon Raya dan Kota Bogor dapat dikategorisasikan sebagai masyarakat perkotaan yang sudah melek tekonologi dan politik. Sedangkan masyarakat nelayan dengan kultur pesisir dan kelompok buruh menjadi ciri khas wilayah Pantura.
Terlepas dari karakteristik pemilih yang berbeda, Muradi menilai masyarakat pemilih di Jawa Barat sangat dinamis dan cair dalam memilih pemimpin daerah mereka.
 Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir) |
Dinamika ini bisa dilihat saat Pilkada Jawa Barat tahun 2008 lalu yang menempatkan Agum Gumelar dalam rangking tertinggi hasil survei namun justru yang menang adalah pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf.
Sama halnya dengan Pilgub tahun 2013 lalu yang menempatkan Dede Yusuf dalam rangking tertinggi survei namun gagal menjabat dan kembali dimenangkan Ahmad Heryawan berpasangan dengan Dedi Mizwar.
Melihat dinamika ini, Muradi menyarankan kandidat yang ingin memenangkan Pilkada Jawa Barat harus mampu menguasai kantong suara yang memiliki populasi penduduk terbesar.
Jika calon gubernur mampu menguasai suara terbanyak di wilayah tersebut, maka kemenangan semakin mudah diraih.
“Kandidat di Jawa Barat harus belajar dari Pilkada di Banten awal tahun lalu, ketika Rano Karno unggul di 6 wilayah, tapi Rano kalah di 2 wilayah yang penduduknya banyak, dan dia gagal” ujar Muradi kepada CNNIndonesia.com pada Sabtu (28/10).
Dari enam wilayah tersebut, kata Muradi, wilayah yang harus perlu dikuasai oleh kandidat adalah Priangan Barat, Pantura dan wilayah urban seperti Bandung Raya, Depok dan Kota Bekasi.
Kalaupun tidak bisa meraih keempatnya, kandidat setidaknya perlu menguasai tiga wilayah di antaranya agar memperbesar peluang kemenangan.
“Di Jawa Barat ada empat wilayah yang penduduknya banyak, lebih dari 55 persen suara ada di situ. Kalau bisa menguasai di sana bisa dipastikan menang," ujar Muradi.
 Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. (CNN Indonesia/Mundri Winanto) |
Muradi menilai Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi dan Dedy Mizwar belum memiliki basis yang kuat untuk meraih kemenangan minimal di empat wilayah tersebut.
Ketiga kandidat ini hanya memiliki segementasi basis dukungan pemilih yang terbatas dan belum menjangkau secara luas di enam wilayah tersebut.
Muradi melihat saat ini belum ada kandidat yang memiliki pengaruh luar biasa di Jawa Barat. Masing-masing elite maupun partai politik memiliki segmentasi basis wilayah tersendiri. Hal ini yang menjadikan Pilkada di Jawa Barat semakin dinamis dan menjadi menarik untuk disimak.
Misalnya Ridwan Kamil memiliki basis pemilih yang kuat di wilayah Bandung Raya, namun ia tak banyak dikenal di daerah Pantura, Cirebon Raya dan Priangan Timur.
Sementara Dedi Mulyadi memiliki basis pemilih yang kuat di Pantura, namun kurang dikenal di wilayah Bandung Raya dan Priangan Barat. Menurut Muradi, Dedi Mulyadi harus berjuang ekstra keras untuk merebut suara di wilayah Bandung Raya, Priangan serta kawasan sub-urban jika ingin memenangkan Pilkada tahun depan.
“Kuncinya ada di perluasan area. Kalau sekarang calon kuatnya Emil, Dedi Mulyadi dan Dedi Mizwar, maka mereka harus memastikan basis suaranya kuat dulu,” ujarnya.
[Gambas:Video CNN]Peran wakil untuk perluas basis wilayahPeran wakil atau pendamping menjadi tugas penting para kandidat Pilgub Jawa-Barat. Kandidat Cagub yang menonjol saat ini seperti Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi, kata Muradi, harus memilih wakil yang mempu memperluas kombinasi jangkauan wilayah suara diluar basis pemilihnya masing-masing.
“Harus ada kombinasi, kandidat yang kuat di wilayah Bandung Raya harus ada kombinasi dengan Pantura atau daerah lain yang besar populasinya, begitu sebaliknya. Yang lebih penting kandidat harus paham betul keinginan dari wilayah tersebut,” ujarnya.
Dedi Mulyadi merupakan salah satu potensi besar Cagub Jawa Barat yang memiliki elektabilitas tinggi di wilayah Pantura. Bagi Muradi, jika Dedi Mulyadi ingin menang, ia harus menjaga basisnya suara di Pantura kemudian mencari wakil dari kalangan nasionalis yang mampu mendulang suara di wilayah Bandung Raya dan Cirebon Raya.
“Dedi harus mencari wakil dari partai-partai berhaluan nasionalis untuk memperluas basis suara di Cirebon Raya, bisa mencuri suara di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat serta sebagian kawasan perkotaan untuk menjangkau dan meraih kemenangan di wilayah tersebut,” ucap Muradi.
 Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) |
Selain itu, Ridwan Kamil juga masih berpeluang besar meraih kemenangan jika mampu mendapatkan wakil yang bisa menjangkau wilayah Pantura dan Cirebon Raya.
Muradi melihat wacana Ridwan Kamil yang dipasangkan dengan Daniel Muttaqien --yang dikenal luas sebagai anak dari Irianto Syafiuddin atau Yance-- sebagai strategi politik Emil untuk meraih pangsa pemilih di wilayah Pantura dan Cirebon Raya.
Akan tetapi, Muradi menilai kombinasi Ridwan dengan Daniel akan berpotensi buruk bagi Emil dan justru akan kehilangan banyak di wilayah Pantura dan Cirebon Raya.
Pasalnya sosok Daniel memiliki kekurangan karena hanya dikenal sebatas wilayah Indramayu dan belum dikenal di wilayah Pantura secara keseluruhan.
“Kalau memilih Daniel, Ridwan Kamil akan babak belur di Cirebon Raya, Emil akan kehilangan banyak suara di Pantura dan Cirebon raya,” ujarnya.
Muradi berharap Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi maupun kandidat lain harus jeli melihat situasi ini. Kombinasi kinerja Parpol, calon wakil dan kandidat untuk mempertahankan dan memperluas basis wilayah menjadi salah satu penentu kemenangan suatu kandidat di Pilkada Jawa Barat.
“Mencari wakil untuk memperluas basis suara itu penting untuk dilakukan, wakil juga nanti yang akan menentukan kandidat Cagub itu akan bekerja ekstra keras atau justru mempermudah perjalanannya meraih kemenangan,” tandasnya.