Mojokerto, CNN Indonesia -- Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu diperingati dengan meriah oleh warga di Mojokerto, Jawa Timur. Berbagai tradisi dan budaya juga disesuaikan dengan hari yang bertajuk Maulid Nabi itu.
Di Dusun Mengelo, Desa/ Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto misalnya. Ribuan warga nampak antusias menggelar tradisi Gerebeg Keres, Minggu (3/12) siang.
Dalam tradisi ini, ribuan warga mulai anak-anak sampai orang tua berebut hasil bumi dan produk asli desa setempat yang digantung dari ujung dahan paling tinggi sampai pangkal pohon kersen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai dari buah kelapa, nanas, terong, pakaian, sampai sandal dan sepatu hasil kerajinan warga sekitar. Meski harus berjibaku dan saling dorong, namun warga tetap antusias demi mengharapkan berkah di hari kelahiran junjungan umat Islam itu.
Juni (27), salah satu peserta dari Mojoagung, Jombang mengaku sengaja datang ke acara Gerebeg Keres Maulid Nabi ini. Setelah berdesakan dan memanjat satu dari dua pohon yang ditanam di tengah jalan Dusun Mengelo itu, dia berhasil mendapatkan buah kelapa muda yang sengaja dipesan oleh istrinya yang tengah hamil.
“Dapat kelapa, sandal, nanas. Permintaan istri, lagi ngidam di rumah. Semoga dapat berkah nabi (Muhammad SAW) buat jabang bayi saya,” kata Juni.
Lain lagi dengan Dida Delohoya, remaja 18 tahun asal Desa Sekarputih, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto. Dia datang bersama sejumlah temannya. Dia sengaja membawa karung glangsing untuk menampung hadiah yang mereka dapatkan. Benar saja, satu karung yang dibawanya sampai tidak muat untuk menampung dua butir kelapa, empat buah nanas, sejumlah terong, dua sandal, dan pakaian yang didapatnya.
“Baru kali ini ikut, tahunya dari teman pondok. Buat dibagi sama teman-teman saja,” ucap remaja berbadan tambun itu.
Tradisi gerebeg pohon kersen atau yang biasa disebut pohon keres oleh sebagian orang Jawa ini memilik makna filosofi tersendiri. Dalam satu pohon keres terdapat akar dan ranting yang banyak, hal itu menggambarkan tentang umat Nabi Muhammad yang selalu berpegang teguh pada ajaran-Nya.
Selain itu, umur pohon keres sendiri terbilang cepat besar, yang menandakan setiap generasi harus tetap menjaga tradisi itu.
“Tradisi ini sejak zaman orang-orang tua terdahulu. Sekitar tahun 1971-an. Sebelum itu, dulu pakai lidi yang ujungnya dikasih berbagai jenis makanan kemudian ditaruh di dalam masjid. Tapi sejak tahun 1971 diganti dengan pohon keres,” tutur Takmir Masjid Darussalam Dusun Mengelo Sonhaji.
Uniknya lagi, pohon yang dipakai dalam tradisi ini adalah pohon yang sama setiap tahun. Menurut Sonhaji, pohon keres memiliki akar yang kuat dan dapat tumbuh dengan cepat. “Akar yang kuat membawa nilai semoga warga selalu bersatu dalam satu ukhuwah,” ujarnya.
Sementara itu, di tempat lain, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) hadir di antara ribuan jemaah pengajian di Pondok Pesantren Darul Muhlisin Dusun Temulus, Desa Kedungharjo, Kecamatan Mantingan, Ngawi. Gus Ipul menyempatkan diri membaca puisi khusus untuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Puisi ini saya dedikasikan untuk jemaah yang saat ini merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW," tutur Gus Ipul di hadapan ribuan jemaah Maulid Nabi di Pesantren Darul Muhlisin, Minggu (3/12).
Puisi Gus Ipul kali ini menceritakan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan berikut petikan puisi karya Gus Ipul tersebut :
Duhai kanjeng NabiCintamu pada kami tiada hentitapi shalawat kami masih sekali-sekali.Kami junjung kau sebagai panutantapi sunahmu kami perlakukan seperti prasmanan,Dipilih berdasar kesukaan dan kecocokan.Tapi kami akan membenahi diriseperti contoh kanjeng nabiDados Pribadi ingkang amanahAmalnya terus ditambahPribadi ingkang adilMboten purun jailPribadi ingkang jujurlan manfaat kangge sedulurDuh, Kanjeng NabiIni puisi rindu kamiCekap semanten nyuwun ngapuntenSementara itu, selain membaca puisi, dalam kesempatan ini Gus Ipul juga sempat mendapatkan hadiah sebuah caping dari KH Budi Harjono dari Semarang.
Pemberian caping ini dilakukan ketika KH Budi memulai pengajian dengan menyanyikan lagu "caping gunung", sebuah lagu yang penuh pesan sosial.
Saat menyanyikan lagu caping gunung ini, KH Budi kemudian minta Gus Ipul naik ke atas panggung untuk kemudian diberi caping khusus dari KH Budi yang lantas diiringi lagu caping gunung. (dik)