Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berusaha mengklarifikasi kabar yang menyebutkan anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Abu Rayyan alias Abu Aishah, tewas.
Kabar itu muncul dari cuplikan layar (
screen shot) yang diduga disebar di sebuah grup aplikasi tukar pesan
WhatsApp.
Dalam pesan itu, sebuah keterangan (
caption) yang disertakan bersama foto Bahrun menyebutkan, pria kelahiran 1983 itu tewas pada Jumat (30/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Inalilahi wa inna ilahi raji’un, telah gugur syahid saudara kita mujahid Bahrun Naim di Abu Hamam pada tanggal 30 November,” tulis keterangan dalam cuplikan layar dari grup
WhatsApp yang diterima
CNNIndonesia.com, Senin (4/12).
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, pihaknya tengah mengklarifikasi kabar tersebut ke pihak Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
“Masih diklarifikasi dulu,” kata Setyo, Senin (4/12).
Terpisah, Direktur Community of Ideological Islamic Analyst Harits Abu Ulya juga mengatakan belum dapat mengetahui kebenaran kabar tersebut secara pasti.
Ia berkata, hanya mengetahui kabar tersebut dari cuplikan layar yang beredar melalui
WhatsApp.
“Ya, kabarnya seperti yang dalam
screen shot yang beredar (meninggal dunia). Sejauh ini belum terkonfirmasi,” kata Harits kepada
CNNIndonesia.com.
Bahrun mulai dikenal luas setelah polisi menyebutnya sebagai dalang aksi teror di jantung ibu kota, bom Thamrin, Januari 2016.
Pria kelahiran 1983 disebut sebagai salah satu sosok yang berbahaya. Bahrun telah bergabung dengan ISIS. Ia dipercaya mengendalikan jaringan teror di Indonesia dengan cara merekrut, melatih dan merencanakan serangan.
Di dunia teror, Bahrun bukan benar-benar baru. Tahun 2010, ia dipenjara dua tahun atas kepemilikan ratusan butir peluru milik salah seorang anggota Jemaah Islamiyah. Kasus itu tak cukup menyita perhatian media hingga nama pria kelahiran Solo itu juga tak banyak muncul.
Nama Bahrun juga beberapa kali disebut sebagai nama akun blog dan media sosial yang kerap mengunggah materi radikal. Namun saat itu namanya belum menjadi pusat perhatian.
Hingga pada Januari 2016 saat sejumlah orang melepaskan tembakan dan membawa bom bunuh diri di kawasan Sarinah, Thamrin, namanya mulai melambung. Bahrun dituding polisi sebagai dalang insiden yang menewaskan delapan orang itu. Ia diyakini menjadi penyuplai dana untuk para pelaku.
Setelah kejadian itu, nama Bahrun Naim selalu disebut sebagai otak aksi teror. Terbaru saat polisi menyebut Bahrun adalah perekrut, instruktur sekaligus penyuplai dana bagi jaringan teroris Bekasi yang berencana meledakan bom bunuh diri di Istana.
Semua dilakukan Bahrun dari Suriah menggunakan teknologi mobile. Bahrun merekrut orang, mengajari cara membuat bom dan mengirimkan duit untuk operasi teror. Meski namanya selalu disebut, namun polisi belum berbuat banyak terhadapnya karena keberadaanya di luar negeri.
(pmg/gil)