Jakarta, CNN Indonesia -- Batas aman bahaya erupsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali diturunkan. Dari semula 8-10 kilometer, kini hanya 6 km. Namun status gunung api tersebut masih awas atau level IV.
"Sebelumnya statusnya tidak boleh dihuni masyarakat sampai dengan 8 - 10 km sekarang yang tidak bisa dihuni 6 km dari kawah," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan yang membawahi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Kamis (4/1).
Informasi ini telah diteruskan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dengan diturunkannya batas radius aman tersebut, masyarakat yang tinggal dalam radius di atas 6 km dari kawah bisa kembali ke tempat tinggalnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tempat yang sama, Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengungkapkan hasil analisis data visual maupun instrumental (seismik, deformasi dan geokimia), saat ini Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi, aktivitas vulkanik masih relatif tinggi dan fluktuatif.
"Material erupsi berupa lava yang mengisi kawah, hembusan/letusan abu, dan lontaran batuan di sekitar kawah," ujar Rudy.
Volume lava di dalam kawah tercatat sekitar 20 juta meter kubik atau sekitar sepertiga dari volume kawah (60 juta meter kubik). Laju pertumbuhan kubah saat ini rendah, sehingga untuk memenuhi volume kawah dalam waktu singkat kemungkinannya dinilai kecil.
Hingga kemarin status kegempaan Gunung Agung pada pukul 18:00 WITA menunjukkan jumlah kegempaan dengan konten frekuensi tinggi maupun rendah. Hingga saat ini masih terus terekam mengindikasikan masih adanya tekanan dan aliran magma dari kedalaman sampai ke permukaan. Namun demikian, energi gempa saat ini belum menunjukkan tren naik yang signifikan.
Data deformasi dalam beberapa hari terakhir juga menunjukkan tren stagnan yang mengindikasikan belum ada peningkatan pada sumber tekanan yang signifikan.
Data geokimia terakhir menunjukkan masih adanya gas magmatik SO2 dengan flux sekitar 100-300 ton per hari.
Adapun perkiraan potensi bahaya saat ini berupa lontaran batu pijar, pasir, kerikil, dan hujan abu pekat juga lahar hujan.
"Bahaya lontaran batu, pasir, kerikil, dan abu pekat diperkirakan melanda area di dalam radius 6 km dari kawah," ujar Rudy.
Sedangkan bahaya lahar hujan akan mengikuti lembah sungai yang berhulu dari Gunung Agung bergantung pada debit air maupun volume material erupsi.
Dengan skala erupsi pada saat ini (intermittent), maka potensi bahaya Awan Panas kemungkinannya masih relatif kecil.
Lebih lanjut, mengingat Gunung Agung masih berstatus Awas, Rudy mengimbau agar masyarakat tetap siaga. Dengan demikian, jika terjadi perubahan kondisi yang cepat masyarakat telah mengantisipasinya.
(kid/sur)