Jakarta, CNN Indonesia -- Petugas genset yang juga saksi kebakaran di Museum Bahari, Jakarta, Cecep (72), mengatakan, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) alias pemadam api portabel yang berada di dekat gedung C tidak terisi penuh.
Ia mengaku hanya dapat menggunakan APAR tersebut dalam hitungan detik. Akibatnya, dia tidak dapat memadamkan api yang kian membesar.
"APAR-nya enggak ada isinya. Enggak
full. Cuma dipakai sebentar habis,” kata Cecep di sekitar Museum Bahari, Jakarta, Selasa (16/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung C merupakan gedung yang terbakar habis akibat kebakaran yang dilaporkan pada Selasa (16/1) pukul 08.55 WIB.
Karena APAR di ruang itu tak lagi bisa dipakai, Cecep lalu berlari mencari APAR di tempat lain yang agak jauh dari titik api. Sayangnya, ruangan gedung C keburu penuh dengan asap meski ia sudah mendapatkan APAR yang lain.
Cecep lebih memilih untuk keluar dan meminta kepada seluruh pegawai untuk mengosongkan kompleks museum itu.
"Pas saya balik lagi, udah gelap. Saya sesak juga,” aku dia.
Sebelumnya, Cecep mengatakan, Gedung C yang terbakar biasa digunakan untuk menyimpan perahu nelayan. Perahu yang dimaksud bukan replika, tapi perahu dengan ukuran yang besar yang biasa dipakai nelayan untuk melaut.
“Bukan pajangan yang kecil-kecil. Perahu beneran. Panjangnya 6-7 meter lah,” Kata Cecep.
Di samping itu, lanjut Cecep, Gedung C juga digunakan untuk menyimpan barang-barang bekas. Seperti spanduk, kardus, dan kain.
Terpisah, petugas Dinas Pemadam Kebakaran Ronald mengatakan, pihaknya mengerahkan 21 unit mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Selain itu, ada sekitar 80 personel yang diterjunkan.
“Pemadaman api sekitar tiga jam. Dari jam 9 sampai sekitar jam 12,” kata dia.
Sebelumnya, Museum Bahari, di Jakarta Utara, terbakar pada Selasa (15/1), pukul 08.55 WIB. Museum itu menyimpan artefak sejarah kemaritiman Indonesia, hingga kapal-kapal modern dan koleksi TNI AL.
(arh/djm)