Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, wabah penyakit campak dan gizi buruk di Asmat, Papua, disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang kurang peduli lingkungan dan kesehatan.
Moeldoko mengatakan, perlu ada edukasi kepada masyarakat untuk mengubah kebiasaan tersebut.
"Kira-kira seperti cara buang airnya ini perlu edukasi masyarakat di sana," kata Moeldoko di Kantor Kemenko Polhukam, Jumat (19/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moeldoko juga telah meminta kepada Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek untuk memanfaatkan pihak kepolisian dan TNI untuk membantu edukasi masyarakat setempat.
"Kita harus menggunakan teman-teman kita Babinsa dan kepolisian yang sehari-hari bergaul dengan masyarakat setempat," ujarnya.
Di sisi lain, Nila mengatakan pihaknya sudah mengirim bantuan untuk mengatasi masalah campak dan gizi buruk di Asmat. Dia mengatakan kiriman bantuan jadi prioritas saat ini di Asmat, selain edukasi masyarakat.
"Tentu kami sudah mengirim (bantuan). Ini yang urgen dulu," ucapnya.
Nila menyebut Kemenkes telah melakukan kerjasama dengan pihak kepolisian serta TNI untuk menyalurkan bantuan tersebut. Dia mengatakan, masalah kekurangan gizi dan campak saling berkaitan satu sama lain, sehingga harus segera diselesaikan.
 Moeldoko meminta Babinsa dan polisi di Asmat ikut mengedukasi kebiasaan warga setempat agar lebih peduli pada lingkungan dan kesehatan. (AFP PHOTO / MUHAMMAD AIDI) |
"Kalau buang air bagaimana, ada cacing yang keluar, ini mesti diselesaikan. Kalau pun dia dikasih makan tapi kalau enggak bagus (pola hidupnya) akan kembali seperti itu," tutur Nila.
Wabah campak dan gizi buruk yang melanda Kabupaten Asmat menyebabkan puluhan anak meninggal dunia dan lainnya dirawat di rumah sakit. Jumlah korban akibat wabah ini terus bertambah.
Data sementara berdasarkan laporan Posko Satgas Kesehatan TNI Kejadian Luar Biasa (KLB) hingga 18 Januari lalu menyebutkan, sekitar 2.027 warga Asmat telah mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan tersebut, diantaranya imunisasi 1.871 orang, penanganan gizi buruk 22 orang, pengobatan campak 121 orang, malaria 4 orang, TBC 4 orang, dyapesia 3 orang dan pengobatan tetanus 1 orang serta transfusi darah 1 orang.
Selain itu, Satgas Kesehatan TNI KLB juga menempatkan dua dokter spesialis anak di RSUD Agats, Kabupaten Asmat. Jumlah penderita dari kalangan anak-anak yang dirujuk dan dirawat di rumah sakit tersebut paling banyak.
“Gizi buruk bukan sebuah penyakit seperti batuk pilek yang mudah untuk diobati, tetapi harus dilakukan secara bertahap. Apalagi demografis Asmat yang sulit dan pola hidup sehat yang masih minim,” kata Letkol Ckm dr. Rachmanto dalam keterangan tertulis yang diterima
CNNIndonesia.com.
(pmg/gil)