Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat Dadan Ramdan Hardja menilai, penyebab utama longsor di kawasan Puncak, Bogor, bukan hujan. Pendirian bangunan komersil ilegal menjadi penyebab utamanya.
"Penambahan bangunan, selain mengurangi resapan air, juga memengaruhi struktur tanah yang rawan longsor. Kalau hujan itu bukan faktor utama longsor," kata dia, saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Selasa (6/2).
Berdasarkan peta geologi, lanjut Dadan, kawasan Puncak memang rentan dengan tanah longsor. Kondisi itu diperparah dengan pembangunan properti-properti komersil, seperti villa, hotel, atau rumah makan, yang terjadi setiap tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dugaannya itu pernah terbukti saat pembangunan hotel di Kecamatan Sukamakmur, Bogor, yang menyebabkan longsor, pada 2017.
Walhi, lanjutnya, pernah melakukan penelitian pada 2016 terkait bangunan liar di kawasan Puncak. Bahwa, terdapat 340 bangunan komersil di kawasan puncak. Sebanyak 40 persen di antaranya merupakanan bangunan liar yang tidak memiliki izin.
Dadan menyesalkan terhentinya program penertiban dan penyegalan bangunan liar di kawasan Puncak oleh pihak Satpol PP Bogor sejak 2015.
"Harusnya jangan berhenti. Kami dorong ke pihak pemerintah kota harus ada audit bangunan dan lingkungan, terutama terhadap sarana komersil," cetusnya.
Diketahui, empat titik di kawasan Puncak, Kecamatan Cisarua, Bogor, mengalami longsor, pada Senin (5/2). Yakni, Panimbangan Kecil, Desa Tugu Selatan; daerah sekitar Masjid Atta Awun, Desa Tugu Selatan; di Villa Pengayoman, Desa Cibeureum; dan di Kampung Babakan, Desa Cibeureum.
Jalur utama Puncak sempat dibuka sementara. Namun, jalur ini akan kembali ditutup saat pembersihan material longsor dilanjutkan.
Selain di kawasan Puncak, longsor juga terjadi di Kecamatan Cijeruk, Bogor.
Selain menimpa tiga rumah, longsor di Cijeruk juga membuat terganggunya jalur kereta Sukabumi-Bogor. Sebab, tanah penyangga rel longsor.
(arh/gil)