Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla)
Arie Soedewo menyinggung insiden
minyak tumpah di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur pada Sabtu (31/3). Dia menyindir perkara minyak yang tumpah di laut seolah tak jadi masalah.
"Di Belanda, Eropa kalau menetes saja minyak ke laut itu bakal jadi perkara. Kalau di Indonesia buang minyak enggak masalah, malah berulang, kan?" kata Arie di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, kemarin.
Dia menilai proses koordinasi terkait kasus pencemaran lingkungan di laut berjalan lambat. Alasannya, sistem keamanan laut di Indonesia dari segi regulasi masih tumpang tindih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelaku pencemaran lingkungan, salah satunya pembuang limbah ke lautan, pun sulit ditindak. Bahkan menurutnya dalam beberapa kasus tumpahan minyak, pemerintah cenderung melakukan pembiaran.
Selaku pihak yang bertugas menjaga keamanan laut, kata Arie, pihaknya siap menindak dan memberi teguran kepada pelaku industri yang mencemarkan laut. Meski begitu, hal ini tak serta merta dilakukan karena kebijakan dan regulasi antara pemangku kebijakan kelautan masih tumpang tindih.
"Kan, mestinya keamanan dan keselamatan itu memberi kepastian ada jaminan hukum, jadi ada kenyamanan dalam pelestarian lingkungan itu," kata dia.
Arie mengakui minyak tumpah di Balikpapan ini sebenarnya juga menjadi tanggung jawab Bakamla dari sisi keamanan laut. Namun saat ini pihaknya masih menunggu perintah dari pemangku kebijakan lebih tinggi terkait tugas yang pasti.
"Nantilah, saya seharusnya dikoordinasikan dengan Kementerian Lingkungan Hidup, tunggu saja paling," katanya.
Selain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bakamla juga masih menunggu perintah dari kementerian terkait, seperti Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
 Sebuah kapal terbakar di jalur pipa milik Pertamina, Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. (ANTARA FOTO/Sheravim) |
"Mestinya kan ada tektok kebijakan, mau sah atau mau hanya lewat tektok ya tidak apa-apa, sehingga kami ada kewenangan bisa menegur yang beraktivitas di laut. Enggak kayak dewa mabuk. Tahu-tahu komplain," lanjutnya.
Minyak yang tumpah di Teluk Balikpapan berasal dari pipa milik PT. Pertamina. Namun perusahaan pelat merah itu enggan disalahkan secara sepihak dan menyatakan insiden itu terjadi dipicu faktor eksternal.
Manajer Komunikasi dan Relasi Pertamina Area Kalimantan Alicia Irzanova menyatakan PT. Pertamina sampai saat ini justru dirugikan dan belum bisa dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh atas insiden itu.
"Kami adalah pihak yang dirugikan. Kita melihat ada bekas tertarik dan itu akibat faktor luar," kata Alicia seperti disiarkan CNN Indonesia, kemarin.
Jaringan Advokasi Tambang (
Jatam) menyebut beberapa fakta terkait insiden itu. Berdasarkan kesaksian masyarakat, tumpahan minyak itu tersebar di lintasan area pipa Pertamina.
Selain itu, tidak ada kapal tanker yang mengalami tabrakan, terbalik atau robek lambung yang mengakibatkan tumpahnya minyak ke laut. Sementara, pada saat kejadian beberapa kapal yang melintas adalah kapal kargo batubara, bukan tanker.
Pencemaran minyak di perairan Balikpapan itu telah memakan lima korban dan mengancam punahnya biota laut.
(pmg/sur)