Geram Keluarga Korban Minyak Tumpah Balikpapan

Martahan Sohuturon | CNN Indonesia
Selasa, 10 Apr 2018 16:49 WIB
Keluarga korban kebakaran di Teluk Balikpapan, kecewa karena Pertamina tidak menginformasikan soal patahnya pipa yang membuat minyak tumpah di perairan itu.
Sebuah kapal mendekati lokasi pertama kali munculnya api di perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. (ANTARA FOTO/Sheravim)
Jakarta, CNN Indonesia -- Surim tampak lemas saat mengingat anaknya, Agus Salim (42) yang tewas pada insiden kebakaran di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur pada Sabtu (31/3).

Lelaki 83 tahun itu memendam gumam. Ia kecewa melihat cara PT. Pertamina (Persero) menyikapi insiden minyak tumpah akibat patahnya pipa bawah laut dari Terminal Lawe-lawe di Penajam Paser Utara ke kilang di Balikpapan.

Surim mempertanyakan alasan Pertamina tidak memberikan informasi kepada warga untuk melarang beraktivitas di sekitar perairan Teluk Balikpapan pada hari nahas itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sebab, tanda-tanda patahnya pipa yang membuat minyak mentah tercecer di sekitar wilayah perairan sudah ada sejak dini hari sebelumnya.

"Saya sesalkan itu satu saja, kenapa Pertamina tidak mau menyiarkan? Satpam dan alat juga ada. Saya ini pensiunan ABRI (TNI). Setiap komandan menyiarkan kepada kami, kamu kalau ada apa-apa segera siarkan," kata Surim saat ditemui CNNIndonesia.com di kediamannya, Balikpapan, Minggu (8/4).

"Kan, sudah ada jam 01.00 WITA itu kebocorannya kenapa tidak disiarkan ke kampung sampai kebakaran pada jam 10.00 WITA," imbuhnya.

Dia menceritakan anak bungsunya dari tujuh bersaudara itu berangkat memancing ke perairan Teluk Balikpapan sekitar pukul 07.00 WITA. Surim sempat meminta Agus mengurungkan niat memancing pada hari itu.


Surim khawatir Agus akan kelelahan karena akan bekerja esok hari. Namun menurutnya, Agus hanya tertawa dan tetap berangkat bersama empat rekan.

"Saya (sempat) bilang enggak usah dulu mancing itu, karena kan besok juga kerja, malah ketawa dia," kata Surim.

Pukul 11.00 WITA, Surim mendengar insiden kebakaran terjadi di perairan Teluk Balikpapan. Namun, dia tidak menyangka putranya menjadi salah satu korban.

Geram Keluarga Korban pada Sikap Pertamina di BalikpapanPesisir pantai dan pemukiman di pinggir laut Kota Balikpapan tercemar tumpahan minyak. (CNN Indonesia/Martahan Sohuturon)
Surim gelisah lantaran Agus yang biasanya pulang sekitar pukul 12.00 WITA untuk menunaikan salat, siang itu tak kunjung datang.

Dua hari berselang, Senin (2/4), Surim memperoleh kepastian bahwa Agus menjadi salah satu korban tewas dalam insiden kebakaran di teluk itu. Ia kaget dan tubuhnya masih terasa lemas hingga hari ini.

"Saya kaget sampai sekarang lemas badan saya, kalau dia sakit biasa meninggalnya tidak apa," kata Surim.

Surim menyampaikan, jenazah Agus belum sempat ditengok oleh istri dan anaknya yang berusia lima tahun. Mereka tinggal di Madura, Jawa Timur, dan berencana melayat pada pekan ini.

Menurut Surim, Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Balikpapan Rachmad Mas'ud telah menyambangi keluarga dan menyatakan akan memberikan bantuan. Pihak Pertamina juga menyalurkan santunan sebesar Rp3,5 juta.

"Belum ada upaya atau berpikir untuk menempuh jalur hukum atas kejadian ini," kata Surim.

Proses Hukum

Di tempat terpisah, pihak keluarga korban tewas lainnya, Wahyu Gusti Anggoro (27), juga masih bertanya-tanya seputar insiden.

Istri Wahyu, Siti Magfiratul Jannah (27) berkata nyawa suaminya tidak bisa digantikan dengan apapun. Meski belum akan mengambil langkah untuk menggugat Pertamina, Siti menyatakan siap menjadi saksi untuk memberikan informasi.

"Kami untuk gugat belum ada, tapi nyawa tidak akan terganti uang sebanyak apapun. Cuma, kalau ada proses hukum berjalan dan kami diminta memberikan kesaksian atau bagaimana, kami siap membantu memberi bantuan dalam lingkup yang kami tahu," ujar dia.


Dia pun bercerita, suaminya pamit untuk berangkat memancing ke perairan Teluk Balikpapan sekitar pukul 06.00 WITA. Kala itu, menurutnya, Wahyu terlihat sangat bersemangat karena akan memancing dengan peralatan yang baru dibeli lewat situs jual beli online.

Pagi itu, Siti menjalani aktivitas seperti biasa. Ia berangkat bekerja sebagai seorang perawat di sebuah klinik gigi di Balikpapan.

Di sela-sela aktivitasnya, Siti sempat mengirim pesan singkat kepada suaminya. Ketika itu, Wahyu membalas pesan dengan mengirim sebuah foto. Siti kemudian mengingatkan Wahyu untuk menjaga diri.

Perbincangan antara suami dan istri itu pun berlanjut. Wahyu berkata kepada Siti bahwa dirinya tidak membawa kunci rumah saat berangkat memancing. Wahyu pun meminta istrinya untuk mengecek kunci tersebut dan dititipkan ke ibunya sebelum berangkat ke Samarinda.

Siti berencana ke Samarinda setelah menyelesaikan pekerjaan untuk menjemput ibunya.

"Itu mungkin tanda dia untuk menahan saya pergi ke Samarinda, karena waktu itu saya mau jemput mama ke Samarinda sorenya," ujarnya.

Geram Keluarga Korban pada Sikap Pertamina di BalikpapanKeluarga Wahyu Gusti Anggoro, korban tewas kebakaran kapal di perairan Teluk Balikpapan. (CNN Indonesia/Martahan Sohuturon)
Sekitar pukul 11.00 WIB, Siti kemudian mendengar informasi bahwa kebakaran terjadi di perairan Teluk Balikpapan dari seorang rekan satu tempat kerjanya. 

Namun, Siti hanya menanggapi permintaan Wahyu dengan biasa saja. Ia tiba-tiba mengingat suaminya sedang memancing di perairan Teluk Balikpapan, 15 menit berselang.

Siti langsung mencari informasi seputar kebakaran tersebut melalui media sosial Instagram. Arus informasi yang berlangsung cepat membuat perasaan Siti tak menentu dan gelisah.

Wahyu tak bisa dihubungi dan tak membalas pesan singkatnya. Hal ini makin menambah kegelisahan Siti hari itu. Pukul 15.30 WITA, ia mendapatkan kabar bahwa suaminya menjadi korban tewas insiden tersebut.

"Sampai di rumah saya penasaran siapa korbannya, karena saya terus pantau perkembangannya korban itu bagaimana. Terus sampai 15.30 WITA saya tahu nama korbannya," ujarnya.


Kakak Wahyu, Yuli Prasetya Ningrum (31) juga menerima kabar adiknya telah meninggal dunia dari pesan di aplikasi WhatsApp. Ia langsung lemas setelah memastikan kebenaran informasi itu.

"Saya juga tahu dari temen yang kirim dari pesan WhatsApp. Nama dia itu unik ya, Wahyu Gusti Anggoro begitu saya baca langsung gemetaran. Saya tanya ke bapak ternyata adik pergi memancing dan saya langsung lemas," ucap dia.

Yuli menyerahkan insiden itu kepada pihak yang berwenang untuk memproses hukum. Menurutnya, proses hukum yang menentukan apakah ada pihak yang bersalah dalam insiden kebakaran tersebut.

"Kami serahkan ke hukum, benar atau salahnya pasti hukum yang akan proses," ujarnya.

Selain Agus dan Wahyu, terdapat tiga korban tewas lain dalam insiden kebakaran di perairan Teluk Balikpapan yang terjadi Sabu (31/3). Mereka adalah Imam Nur Rohim (42), Suyono (55), dan Sutoyo (42). (pmg/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER